Cerita Legenda dalam Upacara Yadnya Kasada di Bromo
Tari Remo khas dari Bromo -Shutterstock/Eva Afifah-
Namanya adalah Joko Seger yang terkenal dengan genggaman dan tendangan kuat, dengan seorang perempuan yang lahir tanpa tangisan bernama Rara Anteng. Sudah kenal sejak kecil, akhirnya keduanya pun saling jatuh hati.
Sayangnya, karena kecantikannya, hidup Rara Anteng kerap tidak tenang. Hal ini disebabkan karena ia menjadi "penyebab" terjadinya pertempuran akibat menolak lamaran para putra raja dan pengusaha.
BACA JUGA:Pelaku Pencuri Uang Rp250 Juta Sudah Membuntuti Korban Sebelum ke Bank
BACA JUGA:Sangat Berbahaya,Jangan Pernah Mengkonsumsi Kecubung, Ini Efek Samping nya Bagi Kesehatan Tubuh Kita
Hingga akhirnya datang seorang bajak laut yang ingin melamar. Rara Anteng pun memutar otak agar bisa menolak lamaran tersebut, tanpa membuat bajak laut murka dan membunuh warga di desanya.
Singkat cerita, Rara Anteng mengungkapkan jika ia bersedia dipersunting asalkan sang bajak laut bisa membuat lautan padang pasir dengan mengeruk Gunung Bromo sebelum ayam berkokok saat fajar.
Di tengah pengerjaannya, Rara Anteng dengan teman-temannya berinisiatif menumbuk padi agar ayam jantan berkokok sebelum fajar, dan berhasil.
Karena gagal, bajak laut merasa kecewa dan pergi sambil melemparkan cangkang berbentuk batok yang digunakan untuk mengeruk pasir.
BACA JUGA:BAGAIMANA AGAR LANGIT TAK RETAK
BACA JUGA:Melestarikan Budaya, Membalut Pesona Desa Wisata
Di tengah kepergiannya, secara ajaib cangkang tersebut menjelma menjadi sebuah gunung yang saat ini dikenal dengan Gunung Batok. Sejak saat itu, Rara Anteng dan Joko Seger menikah dan mendirikan sebuah desa bernama Tengger, yang diambil dari gabungan kedua nama mereka: Anteng dan Seger.
Sumber: kemenparekraf.go.id