Pemanfaatan Lahan Kering, Peluang Besar Pertanian Indonesia
Merujuk data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor produk buah-buahan nasional pada 2023 berkontribusi sebesar USD637,93 juta dengan total volume ekspor meningkat 10,28 persen year on year (yoy) yang mencapai 1,20 juta ton. -ANTARA FOTO/ Basti Marzuki-
Melalui acara tersebut, Direktur Jenderal Hortikultura Kementan, Prihasto Setyanto, berharap para pelaku usaha dapat meningkatkan jaringan dan peluang bisnis, terutama dalam mengembangkan kolaborasi dan membuka akses pasar bagi produk hortikultura di pasar global.
"Kementan memiliki peran penting sebagai motivator, fasilitator, regulator, dinamisator, dan membangun iklim usaha yang kondusif untuk mendukung pengembangan akses pasar seperti ekspor," ujar Prihasto yang juga menjabat sebagai Plt Sekretaris Jenderal Kementan.
BACA JUGA:Menyalakan Semangat Berdikari Energi
BACA JUGA:Pertumbuhan Transaksi Digital di Indonesia Kian Signifikan
Pada momen yang sama, Kementan juga memfasilitasi kegiatan business matching untuk mendukung peningkatan ekspor produk hortikultura Indonesia ke negara tujuan ekspor dengan melibatkan 18 negara mitra yang hadir, seperti Pakistan, Filipina, Kamboja, Belanda, Korea Selatan, Rusia, Denmark, Finlandia, Tiongkok, Singapura, Timor Leste, Taiwan, Malaysia, India, Papua Nugini, Zimbabwe, Jepang, dan Australia.
Dukungan Hilirisasi Produk Pertanian
Dalam aspek ketahanan pangan dalam negeri, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung pengembangan industri pangan melalui hilirisasi produk pertanian.
Sehingga tercipta diversifikasi produk pangan yang memanfaatkan sumber daya lokal dengan meningkatkan nilai tambah.
BACA JUGA:Komitmen Pemerintah Indonesia Memacu Ekonomi Daerah lewat Penguasaan Teknologi
BACA JUGA:Daya Saing Indonesia Naik 7 Peringkat ke Posisi 27 Dunia
Pemerintah berharap hilirisasi produk pertanian dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin, Reni Yanita, menyatakan bahwa hilirisasi produk pertanian merupakan tulang punggung ketahanan pangan Indonesia.
Masyarakat tidak hanya membutuhkan bahan pangan segar, tetapi juga olahan pangan lanjutan.
Reni memberikan contoh bahwa pelaku industri dapat memanfaatkan bahan baku pengganti beras sebagai sumber karbohidrat, seperti singkong, sagu, porang, dan sorgum.
“Percepatan hilirisasi komoditas bahan pangan saat ini sangat diperlukan karena besarnya potensi untuk pengembangan produk olahan lanjutan yang dihasilkan dari bahan baku lokal, baik produk antara (intermediate product) maupun produk jadi (end product) yang siap dikonsumsi,” papar Reni.