Jejak Sejarah Perabadan Masa Lampau di Kawasan Kauman Semarang
Bekas alun-alun Semarang yang telah berubah wujud menjadi New Metro Hotel. -IndonesiaGOID/Intan Deviana-
Kawasan alun-alun tradisional kota Semarang sempat berfungsi sebagai pusat dan landmark kota, pusat aktivitas masyarakat dan pemerintahan, serta ruang terbuka untuk publik.
Seiring berkembangnya ekspansi bisnis di sekitar alun-alun, dibangunlah berbagai bangunan komersil seperti pasar Yaik, gedung perkantoran, dan perluasan pasar Johar yang mengambil lahan dari alun-alun.
BACA JUGA:Berulangkali Usulan ke Provinsi, Penanganan Jembatan di Lembah Duri Belum Ada Kabar
BACA JUGA:Pilih Paslon Kada Yang Peduli Dengan Masalah BUMN
Di sisi utara alun-alun tepatnya bekas terminal angkot, telah berubah menjadi gedung BPD dan New Metro Hotel.
Sedangkan bangunan pemerintahan di sisi selatan alun-alun telah dirobohkan dan dibangun pertokoan.
Sisi alun-alun yang lain di dekat pasar Johar berdiri pasar Yaik Permai. Kini, kawasan alun-alun yang asli telah tiada.
Satu-satunya tonggak terakhir pelestarian kawasan alun-alun Semarang adalah Masjid Agung Kauman, yang sekaligus menjadi ujung dari tur jalan kaki kami sore itu.
Sesuai dengan tata ruang kota zaman dulu, khususnya di wilayah pulau Jawa, keberadaan masjid besar pasti berdekatan dengan alun-alun kota dan pusat pemerintahan.
BACA JUGA:Menguatkan Perlindungan Konsumen
BACA JUGA: Tidak Perlu Beli Obat di Apotek! Ini Sederet Manfaat Bengkuang Bagi Kesehatan Lambung
Pun begitu dengan Masjid Agung Kauman yang juga dikenal sebagai Masjid Agung Semarang.
Walaupun alun-alun Semarang sudah tak ada lagi, bangunan Masjid Agung Kauman masih tetap eksis dan kerap dipadati jemaah setiap hari.
Jika ditilik dari prasasti yang ditulis dalam empat bahasa, yaitu bahasa Jawa, Melayu, Arab, dan Belanda yang terpatri di batu marmer tembok bagian dalam gerbang masuk Masjid Agung Kauman, diterangkan bahwa masjid ini dibangun pada tahun 1170 Hijriah atau bertepatan dengan tahun 1749 Masehi.
Pembangunan masjid dilakukan oleh Ki Ageng Pandan Arang atau sering pula disebut Pandanaran.