Sabung Ayam, Antara Mitos dan Sejarah

Tarung ayam karya Affandi. -Lukisan Seni-

Untuk mengurangi resiko kematian, taji di kaki ayam jantan sengaja dibungkus. 

BACA JUGA:UMKM, Yuk Ajukan Pembiayaan Usaha dari Pemerintah!

BACA JUGA: Permintaan Domestik Topang Sektor Manufaktur Indonesia

Bicara nilai komersial ayam jago yang malang melintang memenangkan lomba, jangan kaget jikalau nilainya mencapai ratusan juta.

Sayangnya bicara asal ayam sabung lazimnya bukanlah budidaya Indonesia. 

Padahal sebenarnya Indonesia memiliki banyak populasi ayam hutan. Ada ayam hutan merah dan ayam hutan hijau. 

Dari pelbagai varitas ayam hutan ini sebagai modalnya seharusnya bisa dikembangkan ayam aduan tipe unggulan.

Sementara di sisi lain, bicara ayam Indonesia memang memiliki sejarah yang sangat panjang. 

BACA JUGA: Tahun 2024, Pemprov Bengkulu Fokus Turunkan Stunting

BACA JUGA: Kolaborasi Tekan Angka Stunting

Jika selama ini hanya Sungai Kuning di China (6000 SM) dan lembah Indus di India (2000 SM) dianggap sebagai pusat domestikasi ayam di dunia, maka dua peneliti dari Laboratorium Genetika Bidang Zoologi di Pusat Penelitian Biologi, LIPI, yaitu Sri Sulandari dan M Syamsul Arifin Zein, berhasil menemukan pusat domestikasi ayam yang ketiga di dunia. Lokasinya ialah bumi Indonesia.

Melalui pemetaan DNA terhadap banyak sampel ayam dari pulau-pulau di Indonesia, riset mereka menunjukkan ayam lokal Indonesia lebih memiliki kedekatan hubungan kekerabatan dengan ayam hutan merah dibanding ayam hutan hijau. 

Selain itu, ayam lokal Indonesia memiliki keragaman genetik yang tinggi.

Pada titik ini, sebagai negara salah satu pusat domestikasi ayam di dunia, Indonesia harus gigih mempertahankan dan melakukan konservasi atas ayam-ayam lokal miliknya. 

BACA JUGA:Korban Begal 1 Orang, Korban Lain Terluka Karena Jatuh Saat Mengejar Pelaku

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan