Yasinan Masal di Makam? Budaya Islam Yang Perlu Dilestarikan?

Yasinan Masal di Makam? Budaya Islam Yang Perlu Dilestarikan? -Radar Utara / Abdurrahman Wachid-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Tradisi unik desa di Bengkulu Utara, Provinsi gelar yasinan masal di makam saat lebaran kedua Idul Fitri.
Tepatnya Desa Gunung Selan, Kecamatan Kota Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara, telah menggelar tradisi ini sejak 20 tahun silam.
Berdasarkan informasi terhimpun, sedianya agenda ini di hadiri langsung oleh Bupati Bengkulu Utara, Arie Septia Adinata, SE., M.AP., namun lantaran hal yang tidak bisa ditinggalkan olehnya, bupati dengan berat hati tidak jadi hadir dalam agenda yasinan masal itu.
Kendati demikian, lantaran telah dianggap menjadi budaya dan adat yang telah berlangsung 20 tahun itu, agenda itu tetap berlangsung dengan lancar.
BACA JUGA:Mitos Bunga Melati: Pesona Spiritual dan Makna Budaya
Kepala Desa Gunung Selan, Amir Hamzah menuturkan bahwa hampir seluruh masyarakat di Desanya itu turut serta dalam agenda yasinan masal di kuburan itu.
"Alhamdulillah hampir seluruh masyarakat Desa Gunung Selan ini ikut yasinan masal ini," ujar Kades, pada hari Selasa, 1 April 2025.
Sejarah Tradisi Yasinan Masal di Makam
Masih kata Kades Amir, tradisi ini berawal dari kebiasaan masyarakat desa setempat, pada saat berziarah ke makam, par peziarah selalu membaca Surat Yasin di makam.
Dan hal itu biasanya, dilakukan oleh masyarakat setempat yang pergi merantau atau bekerja di luar daerah, sehingga pada saat mereka berkunjung ke makam orang tua atau leluhurnya.
BACA JUGA:Warisan Budaya yang Sarat Makna dan Estetika
BACA JUGA:Defisit Kebudayaan: Sastra dalam Bayangan Pasar dan Prinsip 5W-1H
Kemudian, kebiasaan itu di tanggapi oleh para tetua Desa Gunung Selan, menarik benang merah, mewadahi kebiasaan itu dalam bentuk yasinan masal di makam.
Berdasarkan kesepakatan bersama para pemuka agama dan pemerintahan desa setempat, maka agenda itu ditentukan pada hari kedua lebaran Idul Fitri.