Sabung Ayam, Antara Mitos dan Sejarah
Tarung ayam karya Affandi. -Lukisan Seni-
Raja Gowa Daeng Bonto terpukul dan malu. Tragedi ini dipandang sebagai peristiwa siri’ oleh Kerajaan Gowa.
Sepulangnya di Gowa, Tunipalangga Ulaweng langsung mempersiapkan pasukan dan menyerang Kerajaan Bone.
Sejak itulah perang saudara berkobar. Perang ini memakan waktu satu generasi.
Perang berakhir di masa Raja Gowa XI, I Tajibarani Daeng Manrumpa Karaeng Data.
BACA JUGA:Korban Begal 1 Orang, Korban Lain Terluka Karena Jatuh Saat Mengejar Pelaku
BACA JUGA:Nenek Sebatang Kara Disantuni Satgas PAM Puter Enggano
Akhir kisah perseteruan diadakan perjanjian perdamaian Tellumpoccoe di tahun 1582.
Mari meloncat masuk di era Revolusi Digital atau Industri 4.0.
Bicara mitos ayam, samar-samar masih tampak melekat kuat di benak masyarakat.
Selain di Bali dengan ritual tabuh rah-nya, di daerah lainnya perhelatan sabung ayam masih sering dilakukan dan cenderung hanyalah ekspresi hobi belaka.
BACA JUGA:Kepastian Skema Seleksi Panwascam Mendesak!
BACA JUGA:Safari ke Desa Padang Kala, Wabup ASA Diminta Tak Ragu Maju Bupati
Asosiasi hobi ayam sabung di Indonesia pun telah terbentuk. Mereka menamakan dirinya PAPAJI (Paguyuban Penggemar Ayam Jago Indonesia).
Sekalipun bersifat profan, asosiasi ini telah tegas menghilangkan aspek perjudian.
Mengambil format seperti perlombaan tinju, konsep adu ketangkasan ayam ini sengaja dibatasi waktu, ayam pemenang ditentukan oleh skor.