Hari Ini Ogoh-ogoh Diarak, Juga di Bengkulu Utara
Hari Ini Ogoh-ogoh Diarak, Juga di Bengkulu Utara-Radar Utara/ Benny Siswanto-
Ledakan yang membuncah, akibat penyumbatan nadi fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava,red) yang memanjang dari kedalaman di bawah lapisan bumi sampai ke permukaan bumi, membuat Gunung Agung meledak dahsyat.
Ribuan orang mati. Tertimpa abu vulkanik panas yang terjadi di masa pemerintahan orde baru (Orba) saat itu.
BACA JUGA:Jelang Tes ASN 2024, Ini Catatan Kasus Seputar e-meterai
BACA JUGA:Mendes Gus Halim, Batal Tilik Satker Kemendes di Padang Jaya
Saking dahsyatnya, amukan material panas sampai dengan abu vulkanik, sampai-sampai nyaris menyelimuti langit di sekitar Klungkung, Karangasem, Buleleng, dan daerah lainnya.
Letusan Gunung Agung itu pun, menjadi catatan peristiwa vulkanik mengerikan di jagad, selain peristiwa letusan gunung api Krakatau, Toba yang turut mengguncang dunia.
Kini masyarakat Bali di daerah, setidaknya sudah memasuki beberapa generasi. Layaknya Made Astawa yang November lalu didaulat menjadi Ketua PHDI Bengkulu Utara.
Sosok dari buah cinta pasangan Wayan Dana (alm) selaku ayah dan Ketut Panti, sang ibu, merupakan Bali dari generasi ketiga.
BACA JUGA:Tingkatkan Pendapatan Sektor PKB, DPRD Provinsi Bengkulu Minta Pemda Gencar Sosialisasi
BACA JUGA:Bersama Masyarakat, Bupati dan Wabup Arak Piala Adipura Berkeliling Kota
Mantan pejabat eselon II Pemda Bengkulu Utara itu, mengatakan, sesepuhnya itu merupakan obyek dari program pemerintah era orde baru atas perpindahan penduduk Korban Gunung Agung, dalam program Transmigrasi Korban Gunung Agung atau yang dikenal Transmigrasi Koga.
"Transmgirasi Koga sendiri, setidaknya saat ini sudah memasuki lebih dari generasi ketiga. Kami terus berbaur dalam harmoni. Keberagaman dalam kebersamaan. Dan ini akan menjadi catatan sejarah yang baik, cerita bagi anak cucu dan perkembangan pembangunan di daerah," ungkapnya.
Di tengah badai ujian dan cobaan, menyelip hikmah, memang benar adanya. Hiruk pikuk perpindahan manusia dari sebuah daerah ke daerah lain yang pastinya bukan satu hal yang mudah.
Tidak mudah secara fisik dan psikis, moril dan materiil pascaaktivitas eksplosif vulkanik yang terjadi 17 Maret 1963 silam, membuahkan suatu yang patut dibanggakan di kemudian hari.
BACA JUGA:Pemda Harus Punya Konsep Berangus Rente