Tutupan Hutan Bengkulu Berkurang, Bencana Ekologi Mengancam

Direktur Komunitas Konservasi Indonesia (KKI) Warsi, Adi Junaedi, saat menjelaskan terkait kondisi tutupan hutan.-Radar Utara/Doni Aftarizal-

Perubahan tutupan hutan ini, tentunya berpengaruh pada berkurangnya kemampuan bumi dalam menyerap air hujan. Sehingga curah hujan berpotensi menjadi aliran permukaan.

"Sebenarnya tidak hanya berkurang, kawasan hutan dan lahan di Bengkulu juga terlihat di citra sentinel yang mengindikasikan adanya lahan terbuka," beber Rudi.

BACA JUGA:Perjuangkan Dana Inpres Bangun Kabupaten Mukomuko

BACA JUGA:3 Alasan Pentingnya Persiapkan Pendidikan Anak Sejak Dini!

Rudi menjelaskan, dari analisis yang dilakukan terdapat 142.466 Ha di Bengkulu merupakan lahan terbuka. Selain dalam kawasan hutan, areal terbuka juga terpantau dalam berbagai pemanfaatan lahan lainnya.

"Seperti pembukaan lahan di kawasan tambang, terpantau seluas 3.719 Ha, perkebunan sawit seluas 12.719 Ha, dan perusahaan kehutanan 4.053 Ha," ujar Rudi.

Lebih lanjut Rudi menyampaikan, adanya areal terbuka di Bengkulu ini, tidak hanya terjadi pada kawasan yang diizinkan. Tapi juga terjadi pada kawasan konservasi. 

"Lagi-lagi dari analisis kita, kawasan terbuka dalam kawasan hutan terpantau 35.044 Ha. Sedangkan 7.633 Ha bukan terpantau berada di hutan lindung, dan 6.533 Ha berada di kawasan taman nasional," sampainya.

BACA JUGA:Mau Tau! Ini 7 Jenis Mobil dengan Pajak Termurah di Indonesia

BACA JUGA:Pejabat Eselon Digeser, Pemda Bengkulu Utara Lantik 9 Pejabat

Kondisi lahan yang terbuka baik dalam taman nasional, perkebunan, area pengguna lain menjadi penyebab berkurangnya kemampuan tanah dalam penyerapan air. 

"Dengan demikian air akhirya meluncur menjadi aliran permukaan. Kondisi sedemikian muaranya menjadi penyebab bencana ekologis seperti banjir dan longsor, tutupnya. (tux)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan