Kunang-kunang di Matamu

Ilustrasi -pngtree.com and net-

“Sesuatu itu cukup.”

“Tidak selalu,” sahutku.

“Tapi lebih baik daripada tak ada apa-apa.”

Di luar, langit mulai turun hujan. Rintik-rintik pertama terdengar di atap. Aku menatap matamu sekali lagi, mencoba melihat kunang-kunang itu.

Masih ada. Tapi redup. Seperti cahaya terakhir sebelum padam.

“Kalau aku pergi lagi, kau akan menungguku?”

Aku menggigit bibir.

“Mungkin tidak seperti dulu.”

“Karena sudah lelah?”

“Karena aku sudah belajar.”

BACA JUGA:DOTI LAMAIKA

BACA JUGA:'Alana: A Journey to Love', Novel Karya Mahasiswa Bengkulu

Kau berdiri. Menatapku untuk terakhir kali malam itu.

“Aku akan tetap membawa kunang-kunang itu. Entah kau percaya atau tidak.”

“Aku percaya. Tapi aku tidak menjanjikan apa-apa.”

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan