Masjid Keramat Luar Batang Menjadi Saksi Bisu Perkembangan Islam di Batavia

Masjid Keramat Luar Batang. -Andi Muhammad-

Habib Husein menamainya Langgar Annur. Kelak langgar ini diperbesar menjadi sebuah masjid seperti sekarang setelah mendapat hibah lahan cukup luas dari Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron van Imhoff.

Lahan masjid berbatasan dengan tembok utara kota lama Batavia serta berdekatan dengan gudang rempah perusahaan dagang Belanda, VOC dan Pasar Ikan. Bangunan gudang rempah itu sekarang kita kenal sebagai Museum Bahari.

BACA JUGA:Danau Kembar dari Letusan Purba di Ranah Minang

BACA JUGA:Maksimalkan Dana Liburan dengan 5 Rekomendasi Destinasi Menarik dan Terjangkau

Situs Sistem Informasi Masjid Kementerian Agama simas.kemenang.go.id menjelaskan bahwa Masjid Luar Batang telah dibuatkan Akta Ikrar Wakaf oleh Kantor Urusan Agama Penjaringan pada 1995. Masjid berdiri di atas lahan seluas 5.780 m2 dengan bangunan sebesar 3.280 m2.

Masjid yang saat ini berdiri hasil beberapa kali renovasi memiliki dua ruangan, yaitu ruang utama untuk salat di mana terdapat 12 tiang beton berdiri kokoh.

Ruang lainnya yang bersisian, terdapat dua makam yang ditutupi tirai hijau, yaitu pusara Habib Husein dan Habib Kadir. Di tempat ini kita sering mendapati orang-orang sedang berdoa atau mengaji di sekitar makam.

Dari prasasti yang terdapat di masjid, diketahui bahwa Habib Husein wafat dalam usia 40 tahun pada 27 Ramadan 1169 Hijriah atau bertepatan dengan 27 Juni 1756.

BACA JUGA:Pesona Tersembunyi di Bali Utara

BACA JUGA:Liburan Santai, Dana Tetap Aman, Berikut Cara Menyusun Anggaran Liburan yang Cerdas

Menurut peneliti mengenai keturunan Arab di Indonesia dari Universitas Delft, Belanda, Lodewijk Willem Christiaan van den Berg, prasasti tersebut dibuat pada 1916 silam.

Van den Berg yang hidup antara 1845-1927 itu dikenal sebagai orientalis yang lebih banyak membuat artikel berbahasa Prancis dibandingkan bahasa Belanda sebagai bahasa ibu. Ia juga dikenal memiliki peminatan khusus mengenai perkembangan Islam di Nusantara.

Lewat bukunya Le Hadhramout et les colonies arabes dans l'archipel Indien (Hadramaut dan Permukiman Arab di Kepulauan Hindia) yang ditulis pada 1886, ia ikut menyoroti fenomena para peziarah di makam kedua pendiri masjid tersebut.

"Tidak hanya golongan pribumi, ada juga Tiongkok campuran dan indo berziarah memohon keberhasilan dalam usaha mereka," tulis van den Berg.

BACA JUGA:Danau Kembar dari Letusan Purba di Ranah Minang

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan