Masjid Keramat Luar Batang Menjadi Saksi Bisu Perkembangan Islam di Batavia

Masjid Keramat Luar Batang. -Andi Muhammad-

Saat itu Belanda tidak mengizinkan perahu-perahu pribumi masuk dan keluar pelabuhan pada malam hari. Di samping itu, perahu-perahu pribumi harus melewati pos pemeriksaan yang letaknya di mulut alur pelabuhan.

"Di tempat itu pula diletakkan batang kayu besar melintangi sungai semacam pintu untuk menghadang perahu-perahu sebelum diproses," tulis Abah Alwi di dalam bukunya.  

BACA JUGA:Pesona Tersembunyi di Bali Utara

BACA JUGA:Liburan Santai, Dana Tetap Aman, Berikut Cara Menyusun Anggaran Liburan yang Cerdas

Perahu-perahu pribumi itu harus menunggu di luar batang (groote boom) itu selama berhari-hari untuk mendapatkan izin masuk Pelabuhan Sunda Kelapa dengan membayar sejumlah uang.

Sembari menunggu, para awak kapal turun ke darat dan membangun pondokan untuk ditempati sementara. Lama-kelamaan, seiring makin populernya nama Batavia sebagai kota perdagangan, para awak perahu yang umumnya berasal dari Bugis dan Maluku itu mulai membangun kampung.

Di kemudian hari kampung ini lalu dikenal sebagai Kampung Luar Batang atau Buiten de Boom oleh orang-orang Belanda.

Terkait cerita kematian Habib Husein, van den Berg memiliki jawaban berbeda. Menurutnya, Habib Husein tidak wafat pada 1756 tetapi pada 1798.

BACA JUGA:Danau Kembar dari Letusan Purba di Ranah Minang

BACA JUGA:Maksimalkan Dana Liburan dengan 5 Rekomendasi Destinasi Menarik dan Terjangkau

Abah Alwi dalam Saudagar Baghdad dari Betawi menuliskan, berdasarkan koran Bataviasche Courant tertanggal 12 Mei 1827 yang memuat artikel soal Habib Husein, ia disebutkan wafat sekitar 1796 di rumah Komandan Abdul Raup dan dimakamkan di samping masjid.    

Kendati demikian, kedua makam yang terdapat di dalam bangunan masjid menjadi salah satu daya tarik masyarakat berkunjung selain untuk melaksanakan ibadah salat lima waktu. 

Pelataran parkir masjid pun tidak sanggup menampung kendaraan motor dan mobil milik peziarah dan jemaah. Bahkan puluhan bus besar yang parkir di tepi Jl Raya Gedong Panjang kerap memacetkan arus lalu lintas.

Mereka tidak hanya datang dari sekitar Jakarta, tetapi dari seluruh Indonesia dan sejumlah negara seperti Malaysia, Singapura, Burnei Darussalam, dan Timur Tengah.

BACA JUGA:Pesona Tersembunyi di Bali Utara

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan