Sungai Yang Meminta Kedatangan

Ilustrasi-ist-

BACA JUGA:FATAMORGANA BRAVIA MANJIA

BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN

Polisi itu pun rubuh sesaat. Komandan Surya segera bergerak kilat, ia cepat todongkan pistol dengan teriakan perintah yang wajib diikuti.

Tapi mata Pak Prehatin nyalang tanpa keraguan. Sekujur tubuhnya ia tabrakkan ke badan Komandan Surya. Sedikit terdorong ke belakang, ruang kecil itupun dimanfaatkan Pak Prehatin dengan memutar setengah badan lalu terjun ke sungai yang berarus pasang.

Dor!!!! Dor!!!! Dorr!!!!Dorr!!!

Tiga tembakan menuju arah ceburan berdesing memekak bercampur teriakan kecewa keluarga Pak Birma dan raungan tangis Kinong.

Sesaat pada satu titik tembakan, cairan merah tiba-tiba menyembul ke permukaan. Suasana keruh, namun isak tangis Kinonglah yang mendominasi.

BACA JUGA:Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular

BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK

***

Azan magrib usai berkumandang sepuluh menitan yang lalu, dengan terisak-isak Kinong duduk di kursi emperan memandang sungai dan jalan berharap kemukjizatan datang. Warga sekitar yang seperti patung pada akhirnya menatap itu dengan rasa bercampur juga.

Kediaman mereka kali ini tentu hasil dari gelayutan kemarahan atau kebersalahan sikap. Sekitar rumah Pak Prihatin, dua sampai tiga polisi berpatroli. Kinong menunggu hingga tak terasa Isa telah tiba.

Pada akhirnya anak laki-laki itu muak dengan harapan. Kinong mulai menggerutu Tuhan tentang arti keadilan. Tangisannya kian serak dan lirih. 

Dengan hati hancur lebur dan putus asa, langkah kecil kakinya mengantar Kinong ke dalam rumah. Pintu ia banting saat menutup lalu tubuhnya sekejab amblas tersungkur di lantai.

BACA JUGA:Rubik Hati Naras

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan