Celurit Matrah
Ilustrasi-radarutara.bacakoran.co-
“Ini hanya kesalahpahaman, kau tidak perlu menasehati ku seperti itu”.
Kesalahpahaman? bahkan dulu di saat kejadian serupa menghantammu dan keluargamu kau juga mengatakan itu hanyalah kesalahpahaman? Mungkin kau sudah lupa dengan kejadian-kejadian di luar batas yang sudah diperbuat keponakan alias menantumu itu.
Mari ingat kembali, semua ulah menantumu yang kau sebut kesalahpahaman itu.
***
BACA JUGA:Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular
BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN
Semua orang tersenyum saat ijab qobul usai diucapkan oleh lelaki berbadan kekar dengan balutan jas hitan serta kalung melati yang bertengger dileher gelapnya, tak lupa peci hitam di atas kepala lelaki bermata sipit itu.
Kau terus saja menyunggingkan senyum di balik sekat hijau yang menghalangi penglihatanmu. Segitu bahagianya kamu melihat anakmu bersanding dengan keponakanmu sendiri?
Berbeda dengan calon menantumu yang baru saja keluar dari kamar dengan kebaya merah muda sambil memperlihatkan rasa tidak bahagia dengan pernikahan ini.
“Lihat nyah, pengantin wanitanya tidak mau bersalaman”. Ucapan tetanggamu pada orang setengah baya yang ada di dekatnya, Maryati.
BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK
BACA JUGA:Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati
Maryati melihat kearah pelaminan yang dipenuhi aura buram dari kedua pengantin.
Bukan karena ia peramal dan bukan pula indigo, kalian tidak perlu nerka-nerka dari mana Maryati tahu aura kedua pengantin itu.
Bisikan demi bisikan saling bersautan di tengah acara, harus kau ingat, itu karena ulah menantumu yang tidak mau mencium bahkan berpegangan tangan dengan anak lelakimu, Hardi.