Sekolah Cegah Perundungan

Ilustrasi Perundungan--

ARGA MAKMUR RU - Dunia pendidikan, sangat strategis menjadi motor aktivitas sosial edukatif. Berkaca dengan kasus-kasus yang belakangan terjadi, seperti tindak asusila hingga perundungan, justru menyeruak terjadi di lingkungan yang seyogyanya menjadi tempat percontohan baik. Bukan kontraproduktif. Langkah yang juga turut dilakukan lembaga penegak hukum, trend-nya pun kian meluas ke lingkungan sekolah. 

Salah satunya seperti yang dilakukan Kepala SMA Negeri 2 Bengkulu Utara (BU). Kepada media, Kaman, S.Pd, sang kepala sekolah, menyampaikan langkah proaktif dalam mencegah praktik perundungan di lingkungan sekolah. Gagasan konkret itu, sebagaimana dituangkan dengan pengambilan topik cegah perundungan di pelajaran Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Kiprah di sektor preventif, sekaligus pre-emtif (pembinaan,red), terap topik "Bangunlah Jiwa dan Raga' menempatkan cegah perundungan ini menjadi bagiannya. 

"Langkah ini linier dengan semangat Kurikulum Merdeka," kata Kaman, belum lama ini.

Kaman menyampaikan, esensi dari pelaksanaan pendidikan idealnya tidak semata-mata menanamkan pengetahuan. Jauh lebih penting dari itu semua, kata dia, adalah pemahaman dalam konteks praktik. Bagaimana membangun nalar pikir, kemudian menjadi tindakan nyata dan bertanggungjawab sebagai seorang manusia, menurut Kaman, sangat penting diawali dengan pemahaman. Karena tak jarang, sebuah kesalahan itu terjadi dipengaruhi oleh ketidaktahuan atau pengetahuan yang tidak diberangi dengan pemantapan pemahaman. 

"Maka dalam praktiknya, mapel P5 ini membahas soal apa itu perundungan, bagaimana saja jenisnya sampai dengan implikasi, termasuk sanksi yang diatur dalam hukum positif," jelasnya. 

Dengan penguatan substansial pada aktivitas kerja di sektor kependidikan yang lebih konkret, diharapkan peserta didik pula kepada penyelenggara pendidikan, benar-benar menjadi sebuah cyrcle positif dalam penataan nalar pikir, sikap yang dibarengi dengan pengetahuan, sehingga dunia pendidikan ini nantinya memproduksi insan-insan yang tidak hanya berakarakter. Tapi juga memiliki integritas. Dan komponen integritas ini, terus dia, sangatlah luas seperti semangat hormat-menghormati, tenggang rasa, berketuhanan dan taat hukum sebagaimana menjadi ciri manusia Pancasila. 

BACA JUGA:Kapolsek Ketahun Sentil Kasus Perundungan Pelajar di Sekolah

"Ini menjadi bagian ikhtiar kita bersama. Karena persoalan sosial, merupakan persoalan bersama," ucapnya. 

Lebih jauh, Kaman menjelaskan, P5 merupakan satu visi dengan pendidikan Indonesia yakni mewujudkan profil pelajar Pancasila. Pada P5 itu, terang dia lagi, terdapat beberapa tema yang kemudian disekolahnya menjumput 3 tema selama satu tahun. Pertama, adalah bangunla Jiwa dan Raga yang telah berjalan dan telah rampung selama tiga bulan. Kemudian menapaki tema ke 2 yakni kewirausahaan hingga paripurna dengan tema ketiga; Kearifan Lokal.

Pantauan media ini, langkah-langkah penyikapan yang masih bersifat pascakejadian, sudah menjadi agenda. Walau pun, langkah preventif, juga sudah mulai dilakukan secara laten. Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) BU, Solita Meida,S.Pd,M.Pd, menyampaikan saat ini pihaknya melakukan pendampingan setidaknya kepada 11 anak yang menjadi obyek kekerasan fisik dan psikologis itu. Kesebelasnya, merupakan korban tindak asusila yang terjadi di daerah.

"Ada 11 kasus dengan 11 korban yang dilakukan pendampingan," ujar Solita, kepada awak media.

Sebelas kasus ini, lanjut dia, terjadi dalam rentang waktu Januari hingga September. Ditanyai langkah yang dilakukan dalam kerja pendampingan? mantan Sekretaris Dispendik, sebelum kemudian menempati Kabag Ortala Setkab BU itu menyampaikan, upaya yang dilakukan mulai dari pendampingan saat pemeriksaan di kantor polisi, rumah sakit, antar jemput korban selama menjalani proses pemeriksaan, trauma hiling dalam konsultasi dengan psikolog samai dengan pendampingan di pengadilan, khusus bagi anak yang berhadapan dengan hukum. 

Soal langkah pencegahan termasuk edukasi di dalamnya, Solita bilang pihaknya juga melakukan sosialisasi dan komunikasi lapangan dengan menjujug beberapa obyek seperti satuan pendidikan, temu basis kecamatan hingga desa. Dia juga berujar, langkah-langkah yang dilakukan daerah karena anak merupakan 

mutiara yang tak ternilai. Maka menjadi penting, partisipasi bersama dalam menjaga masa depan anak dengan memberikan edukasi-edukasi pencegahan terjadinya tindak asusila terhadap anak. (bep)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan