Pawai Ogoh-Ogoh Layak Jadi Festival Daerah

arak-arakan ogoh-ogoh di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2024-radarutara.bacakoran.co-

Pagebluk Covid-19 melanda, memberikan dampak tersendiri kata Made, dalam kegiatan keagamaan kala itu. Sejelan dengan dicabutnya pandemi, pawai ogoh-ogoh tetap dilaksanakan serentak di masing-masing desa adat/banjar. 

Untuk diketahui, di kabupaten ini terdapat 5 banjar adat yaitu Desa Adat Dharma Shanti Rama Agung, Desa Adat Kuro Tidur di Kuro Tidur, Desa Adat Puncak Harapan yang ada di Desa Tanjung Raman. Selanjutnya, Desa Adat Dewa Ayu dan Desa Adat Tirte Teg-Teg yang ada di Desa Sumber Agung Kecamatan Arma Jaya.

BACA JUGA:Waw! Ribuan Masyarakat Banjiri Jalan Protokol Kota Arga Makmur Untuk Ikut Pawai Perjuangan

BACA JUGA:Kemeriahan HUT RI KE-79, Pemerintah Kecamatan TAP Gelar Pawai Karnaval

"Semoga perayaan ogoh-ogoh tahun depan bisa dipusatkan di tingkat kabupaten. Tidak hanya menjadi bagian ritual, tapi juga memberikan khasanah kemajemukan di daerah yang bisa menjadi wisata edukatif bagi masyarakat," ujarnya. 

Lazimnya, ogoh-ogoh, dipersiapkan pada seluruh banjar adat lebih kurang satu bulan sebelum perayaan Nyepi. Fase ini, jelas dia, merupakan salah satu rangkaian menuju Nyepi yang puncak prosesi ini adalah dihancurkannya sosok-sosok mengerikan yang melambangkan angkara murka atau sifat-sifat buruk dengan cara dibakar. 

Senada, anggota PHDI, Nengah Puspa Adyana, SIP, turut menjelaskan, mengarak ogoh-ogoh sebagai perlambang kemampuan setiap pribadi dalam mengendalikan diri dan lepas dari keangkaramurkaan duniawi.

Fase ini, kata dia, merupakan satu hal yang sangat penting dalam mempersiapkan diri menuju meditasi Nyepi, menyucikan diri bersama Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa. 

BACA JUGA:Di Balik Pesona Festival Gandrung Sewu Banyuwangi: Menyimpan Sejuta Filosofi

BACA JUGA:Waw! Ribuan Masyarakat Banjiri Jalan Protokol Kota Arga Makmur Untuk Ikut Pawai Perjuangan

"Saat Nyepi, kami melaksanakan Catur Brata penyepian yakni amati geni, amati karya, amati lelungan dan amati lelanguan. Merupakan fase khusus untuk lepas dari hiruk pikuk duniawi, untuk menyatukan diri pada Sang Hyang Widhi Wasa," terangnya.

Rangkaian-rangkaian menuju hingga Nyepi, terus birokrat di lingkungan Pemda Bengkulu Utara ini, nantinya diharapkan akan memupuk jiwa dan raga dalam aktivitas spiritual dan moral dalam lingkungan sosial sebagai layaknya manusia baru.

Manusia yang telah berhasil melawan dan lepas dari belenggu duniawi dan keangkaramurkaan. Juga menjadi manusia yang berbudi pekerti luhur serta bersama alam semesta. 

"Terima kasih atas dukungan masyarakat di daerah dan pemerintah daerah selama ini," pungkasnya. (bep)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan