Kembali ke Laut

Ilustrasi-Ilustrasi NW-12/2024-

Ia adalah satu-satunya teman sejatiku dalam perjalanan ini, sahabat yang selalu setia menemani, tanpa menghakimi atau bertanya.

Hari-hari berlalu di atas kapal.  Aku menghabiskan waktu membaca, menulis di buku harian, dan merenungkan perjalanan hidupku. 

Kadang, aku duduk di dek, menatap laut yang luas dan tak bertepi.  Laut yang menyimpan begitu banyak rahasia, yang menyimpan begitu banyak rasa sakit, namun juga yang menjanjikan kedamaian.

 BACA JUGA:Anak Sekolah Dasar yang Mati Tak Berdasar

BACA JUGA:Love or Ghosting

Suatu sore, seorang perempuan tua mendekatiku.  Ia mengenakan pakaian sederhana, namun memiliki sorot mata yang tajam.

"Kau tampak resah, Nak," katanya, duduk di sampingku.

Aku terdiam sejenak, lalu menceritakan sebagian perjalananku.  Tentang Kiara, tentang pencarian ketenangan, tentang pedang Samurai Motoyama dan pesan Rumah Matahari.  Perempuan tua itu mendengarkan dengan sabar, sesekali mengangguk.

"Tapi aku takut," kataku lirih.  "Takut gagal, takut kehilangan."

 BACA JUGA:Ibu Sambung

BACA JUGA:GUBUK KECIL DAN RINTIK HUJAN

"Ketakutan itu wajar, Nak," perempuan tua itu tersenyum.  "Namun, jangan biarkan ketakutan itu menguasai hidupmu.  Beranilah untuk melangkah, beranilah untuk menghadapi apa pun yang datang."

 Ia memberikan sebuah kerang kecil kepadaku.  "Ini untukmu," katanya.  "Simpanlah kerang ini sebagai pengingat, bahwa di dalam setiap kesulitan, selalu ada keindahan yang tersembunyi."

 Aku menerima kerang itu, memegangnya erat-erat.  Kata-kata perempuan tua itu seperti embun pagi yang menyejukkan hatiku yang gersang.  Aku merasa lebih tenang, lebih bersemangat untuk melanjutkan perjalananku.

 Malam itu, aku bermimpi.  Aku bermimpi tentang laut yang berkilauan, tentang cahaya yang menuntunku, tentang kedamaian yang akhirnya kutemukan.  Ketika aku terbangun, aku merasa lebih damai.  Perjalanan masih panjang, namun aku yakin, aku akan sampai pada tujuan. 

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan