Kembali ke Laut
Ilustrasi-Ilustrasi NW-12/2024-
BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN
Aku memegang sebuah liontin berbentuk sayap, hadiah dari Anna.
"Laut itu menunggu Kiara," kata Anna dulu, "untuk reinkarnasi selanjutnya."
Di kamar kapal, aku membuka piring perak dari ibu. Roti tawar tersisa sedikit.
"Jangan menyerah," bisikku, mengingat pesan Rumah Matahari di Pulau Jeju, "meskipun nyawamu telah tertancap pedang Samurai Motoyama." Aku menatap gambar kecil Samurai Motoyama di kotak musik pemberian kakek tiga tahun yang lalu.
"Aku tidak akan menyerah," bisikku.
BACA JUGA:Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular
BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK
Hachiko menjilati tanganku. "Daun dan sungai," kataku, "pintu cahaya... lirik kedelapan."
Aku memejamkan mata, membayangkan cahaya yang akan menuntunku.
Kapal perlahan meninggalkan dermaga yang penuh kenangan. Hachiko meringkuk di sampingku, bulu-bulunya yang putih bersih kontras dengan kayu gelap lantai kapal.
Angin laut menerpa wajahku, terasa segar dan menenangkan. Aku menarik napas dalam-dalam, menghirup aroma asin yang familiar. Aroma yang selalu mengingatkan pada rumah, juga masa lalu yang ingin kutinggalkan, namun juga mimpi dan cita yang ingin kugapai.
BACA JUGA:Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati
BACA JUGA:PEREMPUAN YANG MENJUAL DIRINYA PADA JARAK
"Kita akan baik-baik saja, Hachiko," bisikku, mengelus kepalanya yang lembut. Anjing itu menggonggong kecil, seolah mengerti.