Menembus Lorong Waktu Desa Adat Bena Flores

Kampung Bena dikenal sebagai kawasan yang masih menyisakan budaya zaman purba dan Ketika mengunjunginya kita bagaikan sedang menembus lorong waktu. -ANTARANEWS-

Terdapat 9 suku yang mendiaminya yakni Tizi Azi, Tizi Kae, Wato, Deru Lalulewa, Deru Solamai, Ngada, Khopa, Ago, dan Bena selaku suku tertua yang dianggap sebagai pendiri kampung.

Kaum laki-laki kampung adat Bena mengelola kebun dengan menanam kakao, kemiri, dan cengkeh. Sedangkan kaum hawa lebih banyak menenun kain untuk dijual sebagai cenderamata kepada wisatawan yang banyak berkunjung ke tempat ini.

BACA JUGA:Benteng Terluas Sejagat Ada di Buton

BACA JUGA:5 Keraton di Luar Pulau Jawa yang Jarang Diketahui

Kampung Bena dikenal sebagai kawasan yang masih menyisakan budaya zaman purba dan Ketika mengunjunginya kita bagaikan sedang menembus lorong waktu.

Hal ini ditandai oleh kehadiran batu-batu besar dari zaman megalitikum yang dipergunakan sebagai meja untuk ritual adat, bentuknya lonjong dan dinamakan sebagai Watu Lewa.

Batu lain yang berfungsi sebagai meja diberi nama Nabe dan di ujung utara kampung ada bongkahan batu besar sebagai kursi persidangan.

Turbupati, demikian masyarakat Bena menyebutnya, berbentuk seperti tempat duduk dan hanya boleh diduduki oleh kepala suku guna menari solusi dari suatu masalah yang dihadapi masyarakat di Bena.

BACA JUGA:Ide Bung Karno pada Karya Arsitektur Bangunan Bersejarah Indonesia

BACA JUGA:Gedung Joang 45, Saksi Bisu Aksi Pemuda Pejuang Kemerdekaan

Tak hanya peninggalan batu-batu besar saja yang dapat kita temu jika bertandang ke Bena ini pasalnya terdapat pula bangunan yang disebut sebagai nga'du dan bhaga yang masing-masing jumlahnya 9 buah disesuaikan dengan jumlah suku di kampung itu. Nga'du dan bhaga ditempatkan saling berhadapan pada kisanatapat atau halaman tengah kampung.

Keduanya adalah simbol leluhur kampung. Nga'du berarti simbol nenek moyang laki-laki dan bentuknya menyerupai batu runcing yang menjulang dengan tiang kayu beratap ijuk hingga membentuk mirip pondok peneduh.

Sedangkan bhaga adalah simbol nenek moyang perempuan yang bentuknya menyerupai miniatur rumah penduduk.

Pada bagian depan rumah penduduk Bena terlihat hiasan tanduk dan rahang kerbau serta taring babi dipajang menggantung sebagai simbol status sosial orang Bena. Hiasan itu didapat dari hewan-hewan yang dikorbankan setiap suku ketika upacara adat dilaksanakan.

BACA JUGA:Bukit Menumbing Saksi Sejarah Perjuangan Bangsa

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan