Artificial Intelligence, Membangun Karakter Bangsa di Era Digital

Terkait kecerdasan buatan, aturan untuk mengatur kecerdasan buatan yang dibentuk oleh pemerintah melalui Kominfo ditargetkan rampung sebelum adanya pemerintahan baru. -Istimewa -

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Indonesia dikenal dengan kekayaan budayanya, yang mencakup nilai-nilai luhur seperti integritas, etos kerja, dan gotong royong.

Nilai-nilai ini telah diwariskan oleh para pejuang dan menjadi fondasi karakter bangsa.

Namun, di tengah pesatnya kemajuan teknologi digital, terutama kecerdasan buatan (AI), muncul berbagai tantangan yang menguji ketangguhan karakter tersebut.

Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Warsito, dalam keterangannya, menyampaikan bahwa karakter bangsa Indonesia harus terus diperkuat.

BACA JUGA:Penggunaan Artificial Intelligence Dapat Meningkatkan Kinerja Logistik

BACA JUGA:Kementerian ESDM Lakukan Tiga Kerja Sama Teknologi, Guna Optimalkan Produksi Migas

Tantangan yang dihadapi saat ini, menurutnya, datang dari kemajuan teknologi digital yang semakin mempengaruhi berbagai aspek kehidupan.

“Kemajuan teknologi dapat mengikis karakter bangsa Indonesia jika kita tidak waspada. Kita harus terus memperkuat kesadaran tentang tantangan ini dan memantapkan pondasi penguatan karakter bangsa,” ujar Warsito.

Salah satu bentuk ancaman dari teknologi digital yang disebutkan oleh Warsito adalah ideologi transnasional yang disebarkan melalui kecerdasan buatan.

AI, dengan kemampuannya mengidentifikasi perilaku dan preferensi individu, dapat mengarahkan masyarakat pada ideologi yang bertentangan dengan Pancasila.

Oleh sebab itu, Warsito mengajak seluruh pihak untuk terus waspada dan memantapkan karakter bangsa berdasarkan nilai-nilai Pancasila.

BACA JUGA:Kenali! Ini 5 Teknologi Tertua di Dunia Yang Masih Berfungsi dan Dipakai Hingga Kini

BACA JUGA:Hunian Pekerja Konstruksi Berteknologi Mobox di IKN, Efisien dan Tahan Gempa

AI dan Tantangan Demokrasi

Bukan hanya tantangan budaya, AI juga berpotensi mengganggu proses demokrasi di Indonesia. Dalam beberapa kesempatan, Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Antonius Benny Susetyo, mengingatkan tentang potensi manipulasi suara rakyat melalui teknologi kecerdasan buatan.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan