Perlu Skenario Kompetisi Harga Gabah Petani
Petani di wilayah Kemumu Kecamatan Arma Jaya Kabupaten Bengkulu Utara tengah memasuki masa panen.-Radar Utara/Benny Siswanto-
Sebagai wilayah agraris, Supri mengaku cukup mengelus dada, ketika penyelenggaraan program di sektor pertanian pangan, masih belum mampu mengembalikan masa keemasan Indonesia yang sudah begitu lama, pernah merengkuh prestasi apik dengan swasembada beras.
Wilayah seperti Provinsi Bengkulu, kata dia, secara status tidak masuk ke dalam kantung-kantung atau lumbung pangan nasional. Tapi statusnya masih sebagai penyangga pangan.
BACA JUGA: Masuki Masa Panen Raya, Harga Gabah Kering Panen Mulai Stabil
BACA JUGA: Musim Kemarau, Harga Gabah Naik Tapi Panen Merosot
"Padahal persoalannya, bukan hanya praktik alih fungsi semata. Kami menilai, kondisi ini terjadi karena tata kelola sektor pertanian yang memang perlu dilakukan reformasi sistem secara besar-besaran," ungkapnya.
"Bahkan, jika perlu dijadikan sektor pembangunan khusus. Sehingga direktifnya lebih jelas dan tegas. Top-Down. Karena pangan adalah satu hal yang fundamental," susulnya lagi, menegas.
Produksi Padi (Gabah Kering Giling) di Provinsi Bengkulu (Ton) Tahun 2021-2023
--
Membaca paparan data BPS itu, Supriyanto menyampaikan anatomi pertanian di Provinsi Bengkulu sudah bisa mendapatkan simpulan. Dimana, terjadi fluktuasi produksi gabah.
"Kondisi tersebut secara holistik, menjadi angka produksi. Tapi, perlu dicermati pula, bagaimana kondisi faktual elemen-elemen yang terlibat di dalamnya, khususnya petani? bisa diartikan, petani kian saja merugi dengan segala macam dinamika yang dialaminya, baik persoalan teknis hingga faktor alam. Ini yang mesti menjadi renungan bersama," serunya.
BACA JUGA: Masuki Masa Panen Raya, Harga Gabah Kering Panen Mulai Stabil
BACA JUGA: Musim Kemarau, Harga Gabah Naik Tapi Panen Merosot
Berangkat dari kondisi tersebut, skenario menciptakan iklim kompetisi dengan mendirikan pabrik-pabrik pengolahan gabah di Provinsi Bengkulu, akan memberikan implikasi kepada petani.
"Coba kita perhatikan bagaimana harga sawit dan karet? pasti cenderung lebih dinamis sawit. Persoalannya apa? karena jumlah pabrik sawitnya itu itu saja. Maka monopoli, sulit dihindari. Nah di situasi semacam inilah negara harus hadir mestinya. Termasuk soal pertanian," tukasnya.
Warta RU edisi, Selasa , 05 Desember 2023 Pukul 21:39 WIB, pernah menulis tentang keberadaan pabrik anyar pengolahan gabah menjadi beras di Kabupaten Mukomuko.
Plt Kepala Disperindagkop dan UKM Kabupaten Mukomuko, Nurdiana SE, MAP menyatakan. Daerah ini memiliki pabrik pengolahan beras terbesar di provinsi yang terletak di Kecamatan Air Dikit. Pabrik pengolahan beras ini memiliki kapasitas sebesar 3 ton per jam, dan dalam satu hari mereka bisa menghasilkan beras sebanyak 10 ton. Dalam satu bulan sebanyak 300 ton, dan jika setahun 36.000 ton.