Menghapus Jejak Buta Aksara, Menuju Generasi yang Melek Huruf
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2023 menunjukkan, angka buta aksara penduduk Indonesia pada usia produktif 15-59 tahun, menurun cukup signifikan dibanding tahun 2022. -ANTARA FOTO-
Program ini meliputi pendidikan dasar hingga lanjutan dan diimplementasikan secara merata di seluruh Indonesia, khususnya di daerah-daerah dengan tingkat buta aksara yang masih tinggi.
Selain itu, melalui Bantuan Operasional Pemerintah (BOP) Keaksaraan, Kemendikbudristek memberikan dukungan nyata kepada kelompok-kelompok sasaran yang memerlukan pendidikan keaksaraan.
BACA JUGA:Study Wisata Perpustakaan, Meri Sasdi: Menumbuhkan Minat Baca di Kalangan Anak
BACA JUGA:Tak Hanya Literasi, DPK Bengkulu Optimis Pojok Baca OPD Dorong Tingkatkan Kinerja ASN
Langkah ini dilakukan melalui koordinasi dengan pemerintah daerah yang memiliki kantong-kantong buta aksara yang masih tinggi, sehingga pemberantasan buta aksara bisa berjalan lebih efektif dan terarah.
Salah satu inovasi yang turut mendukung adalah pemanfaatan teknologi melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang memungkinkan pendidik di seluruh Indonesia untuk mengakses sumber daya literasi dan numerasi secara digital.
Kemudahan akses ini diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas pendidikan, termasuk di wilayah-wilayah yang sebelumnya sulit dijangkau.
Tantangan dan Harapan di Tengah Pemberantasan Buta Aksara
Meskipun berbagai capaian telah diraih, tantangan pemberantasan buta aksara di Indonesia masih ada. Daerah-daerah terpencil dan tertinggal, serta kelompok-kelompok masyarakat dengan akses pendidikan yang terbatas, masih menjadi prioritas utama dalam program literasi pemerintah.
BACA JUGA:Pemkab Mukomuko Tingkatkan Minat Baca Masyarakat
BACA JUGA:Minat Baca Rentan Berubah, Ini Saran Gubernur Rohidin
Kondisi geografis yang sulit dijangkau serta minimnya sarana pendidikan di beberapa daerah masih menjadi kendala yang perlu diatasi.
Namun, tak hanya soal akses fisik, literasi juga harus dipandang dari sudut pandang lebih luas. Literasi bukan hanya soal membaca dan menulis, tetapi juga mencakup kemampuan memahami informasi, berpikir kritis, dan berkomunikasi secara efektif.
Inilah yang ingin dicapai oleh Kemendikbudristek melalui tema besar Hari Aksara Internasional 2024, yang tidak hanya fokus pada literasi bahasa, tetapi juga multilingualisme dan penguatan nilai-nilai kebinekaan global.
Menurut Baharudin, Direktur Pendidikan Masyarakat dan Pendidikan Khusus (PMPK) Kemendikbudristek, pencapaian literasi ini juga harus dilihat dari sisi kualitas.