RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Kasus paparan penyakit menular mematikan : HIV/AIDS, diyakini dalam fenemona gunung es. Artinya, kasus yang muncul atau terdata, tidak jauh lebih banyak dari yang sebenarnya.
Kecenderungan pengidap penyakit lantaran prilaku s3ks tak sehat, bahkan bebas yang tidak terbuka dengan pasangannya, baik itu istri kepada suami atau pun sebaliknya, menjadi persoalan lanjutan terus bertambahnya kasus.
Tak jarang, seorang istri tetiba didiagnosa terjangkit penyakit yang belum ada obatnya ini. Usut punya usut, ternyata tertular dari pasangannya sendiri yakni suami yang sudah lebih dulu terjangkit virus yang menyerang sel imun pengidapnya.
Plt Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu, Ns Anik Khasyanti, MH, saat dibincangi RU menyampaikan, salah satu langkah penting dalam pengendalian virus mematikan ini adalah pengidap harus terbuka dengan pasangan sahnya.
BACA JUGA:Bukan Daun Biasa ! Ini Sederet Manfaat Dari Rebusan Daun Kelor Bagi Tubuh Manusia
Upaya ini sangat penting, karena ketidakterbukaan pasangan nikah, akan berimbas dengan penularan lanjutan, baik itu kepada suaminya sendiri kalau pengidap pertamanya adalah istri. Atau menularkan kepada istrinya sendiri, jika pengidapnya adalah suaminya.
"Maka hal yang paling penting dan prinsip adalah keterbukaan. Ini khususnya bagi yang telah berumah tangga. Maka harus terus terang dengan pasangannya," jelas Anik, di kantornya.
Dia menjelaskan, keterbukaan dengan pasangan akan mencegah mulai dari penularan kepada pasangan dan berlanjut lagi dengan penularan pada bayi yang dikandung.
Bagaimana kalau seorang istri tertular dari suaminya, kemudian mengandung? menurut Anik, hal ini yang sangat penting untuk menjadi pertanyaan yang harus dijawab.
Dijelaskannya, sembari didampingi pejabat teknis di bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), bahwa bayi yang dikandung oleh seorang pengidap HIV/AIDS, masih memungkinkan diselamatkan, tidak tertular penyakit.
"Syaratnya, ibu yang mengandung harus diberikan konseling atau pendampingan secara intensif serta tertib pengobatan," ujarnya.
Tertib pengobatan, lanjut Anik, sangat penting bagi ODHA yang mengandung. Seperti diketahui, ODHA wajib menjalani pengobatan seumur hidupnya.