RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Walau era sekarang disebut-sebut sebagai jaman modern, jaman kemajuan atau era teknologi.
Akan tetapi masih banyak kelompok kelompok di dunia yang tetap mempertahankan gaya hidup nomaden, salah satunya adalah Suku Tuareg.
Sebagian dari suku Tuareg hidup secara nomaden di jantung gurun Sahara, gurun pasir terluas dan termasuk yang terpanas di dunia, berada di utara benua Afrika.
Gurun ini membentang dari Samudera Atlantik hingga Laut Merah dan diperkirakan telah terbentuk sejak 2,5 juta tahun silam.
BACA JUGA:Ancaman El Nino, Penyaluran 232 Unit Pompanisasi Dipercepat
BACA JUGA:Saksikan Wayang Kulit, Meriani: Wajib Didukung, Upaya Melestarikan Budaya Indonesia
Nama Sahara berasal dari bahasa Arab yang berarti padang pasir.
Memiliki luas hingga 9.100.000 Km2, cuaca di Gurun Sahara pada siang hari bisa mencapai lebih dari 50° celcius, sedangkan pada malam hari bisa turun secara drastis hingga mencapai -6° celcius.
Di hamparan pasir yang seolah tak berujung inilah suku Tuareg menjalani kehidupan mereka.
Sebuah bentangan gurun pasir yang dikenal memiliki keekstriman dan kekejaman tingkat tinggi terhadap mahluk yang menghuninya.
BACA JUGA:Dukungan Terus Mengalir, Dempo-Bang Ken Kian Menguat
BACA JUGA:Monolog Pluto
Suku Tuareg menjadi salah satu dari segelintir kelompok manusia yang sanggup bertahan hidup di gurun Sahara.
Selama berabad-abad suku ini mengakrabkan diri dengan badai pasir, dengan kelangkaan air dan cuaca yang menyiksa.
Mari kita ikuti berbagai kebiasaan suku Tuareg yang unik dalam bertahan hidup digersangnya gurun Sahara, termasuk bahasa dan kebudayaan mereka.