RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Jika awalnya satuan Kavaleri yang diambil dari bahasa Prancis, yaitu cheval atau ‘kuda’, dan cavalerie yang berarti ‘pasukan berkuda’, selalu dikaitkan dengan kuda, seiring berjalannya waktu maka persenjataan di satuan itu pun berevolusi.
Kemudian dikenal persenjataan satuan Kavaleri yang berwujud tank roda rantai dan panser roda ban.
Di Indonesia, kehadiran satuan Kavaleri dikenal sejak zaman Hindia Belanda.
Namun khusus di dalam tubuh militer Indonesia, sejarah Kavaleri TNI-AD bermula sejak pertempuran di Surabaya, yang jatuh pada November 1945.
BACA JUGA:Tingkatkan Produktifitas Padi, Realisasi PAT Dikebut
BACA JUGA:ASN dan THL Diminta Jaga Kekompakan dan Bangun Komunikasi
Pertempuran itu melibatkan beberapa pemuda di Indonesia, termasuk pemuda bernama Sugiantoro--kemudian hari Sugiantoro menjabat sebagai salah satu Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Danpussenkav)--, dan beberapa pemuda lainnya.
Kala itu para pejuang Indonesia itu telah menggunakan beberapa ranpur panser hasil rampasan dari Jepang, Belanda, dan Inggris untuk melawan tentara sekutu.
Kendaraan tempur hasil rampasan tersebut kemudian juga digunakan di beberapa daerah lain, di antaranya pada akhir Desember 1949 ranpur berunjuk gigi di Palembang dan awal tahun 1950 di Jawa dan Medan.
Setelah itu, para pemuda pejuang tanah air itu lantas menggabungkan ranpur-ranpur hasil rampasan perang tersebut dan membentuk organisasi satuan berlapis baja yang diberi nama Kavaleri.
BACA JUGA:70 Ton BBM Masuk ke Arga Makmur
BACA JUGA:Perkebunan Masuk Obyek Serapan Pupuk Subsidi, Tapi...
Secara formal, pembentukan Kavaleri TNI-AD tertuang dalam Surat Keputusan (SK) Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Nomor: 5/KSAD/PNPT/50 tanggal 9 Februari 1950 tentang Pembentukan Satuan Berlapis Baja.
Tanggal pembentukan Kavaleri TNI-AD itu kemudian ditetapkan juga sebagai Hari Kavaleri Indonesia oleh KSAD Kolonel Abdul Haris Nasution.
Pengabdian Korps Kavaleri TNI-AD kepada NKRI selama lebih dari 70 tahun memang luar biasa. Mengedepankan motto ‘Tri Daya Cakti’, yang mencakup daya gerak, daya tembak, dan daya kejut, satuan Kavaleri TNI sudah diterjunkan pada penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan pada medio 1950 dan Penumpasan Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di tahun yang sama.