BPS juga mencatat, surplus neraca perdagangan barang selama empat tahun itu disokong surplus nonmigas yang mencapai US$224,15 miliar. Surplus tersebut juga tidak terlepas dari defisit neraca dagang yang sebesar US$66,93 miliar.
Selama 48 bulan beruntun itu, RI mengalami surplus dagang terbesar dengan Amerika Serikat senilai US$54,24 miliar, India US$42,74 miliar, dan Tiongkok US$34,81 miliar. Sementara defisit dagang terbesar dialami RI dengan Australia senilai US$21,35 miliar, Singapura US$18,91 miliar, dan Brasil US$9,64 miliar.
BACA JUGA:Aturan Baru Parkir Devisa, Valas Tenteram di Dalam Negeri
BACA JUGA:Menteri ESDM Tegaskan lagi Komitmen Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Menarik disimak, sekalipun surplus, ada sejumlah hal yang mesti diperhatikan dalam kinerja ekspor-impor Indonesia. Apalagi, dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) 5,05 persen pada 2023, ekspor bersih—atau ekspor dikurangi impor—hanya menyumbang 0,66 persen. Tahun lalu, ekspor tumbuh 1,32 persen secara tahunan, sedangkan impor tumbuh minus 1,65 persen. (*)
Sumber Indonesia.go.id