Cerita di Balik Surplus Neraca Perdagangan Indonesia

Senin 27 May 2024 - 22:52 WIB
Reporter : Dodi Haryanto
Editor : Ependi

BACA JUGA:Pemerintah Menghadirkan Rumah bagi Masyarakat Terdampak Bencana

 BACA JUGA:Luncurkan Mobil Layanan Elektronik, Upaya Transformasi Digital Kementerian ATR/BPN

Waspada Ancaman Global

Indikator positif perekonomian nasional, seperti tergambar dalam neraca perdagangan tersebut di atas, tentu baik-baik saja. Makna lainnya, angka-angka tersebut sebagai fondasi kuat dalam perekonomian nasional, khususnya sebagai kerangka dasar ketahanan ekonomi. Setidaknya bisa memberikan dukungan buat ekonomi Indonesia tetap bisa tumbuh 5% seperti yang terjadi pada kuartal I-2023.

“Meski demikian, kita tetap harus waspada terhadap perubahan kondisi global dan terus memperkuat dukungan kebijakan demi mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu di Jakarta.

Ke depan, kinerja perdagangan diperkirakan tetap tumbuh positif seiring dengan kinerja volume ekspor yang tetap tumbuh di tengah pemulihan global yang berlangsung stabil namun lambat (IMF, April 2024). Selain itu, keadaan geopolitik yang masih belum stabil dan penurunan aktivitas ekonomi negara-negara mitra utama juga masih perlu diwaspadai dan diantisipasi, karena dapat berdampak terhadap kinerja perdagangan Indonesia.

BACA JUGA:Mengebut PSN Transportasi, Tulang Punggung Konektivitas Antarwilayah

BACA JUGA:Inovasi Industri Alas Kaki Nasional Kian Signifikan

“Dengan mencermati kinerja perdagangan Indonesia pada April 2024 ini, pemerintah akan terus memantau dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional. Selain itu, langkah antisipasi akan terus disiapkan melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi produk dan mitra dagang utama,” tutup Febrio.

Merujuk rilis resmi Kementerian Perdagangan, sejumlah langkah dijalankan dalam meningkatkan kinerja ekspor. Salah satunya memperkuat kerja sama dengan negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC). Dalam kegiatan Pertemuan Menteri Perdagangan APEC yang digelar di Arequipa, Peru pada 16--18 Mei 2024, bertajuk “Empower Include Grow” itu, delegasi Indonesia yang dipimpin Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan dijadwalkan bertemu dengan sejumlah menteri negara mitra dagang, yaitu Selandia Baru, Korea Selatan, Kanada, dan Jepang.

Dalam forum itu pula, Indonesia akan terus menyerukan pentingnya perdagangan multilateral yang digaungkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan inklusivitas kawasan Asia Pasifik. RI juga akan memperkuat kerja sama perdagangan, investasi, dan sejumlah sektor ekonomi lainnya. “Kami juga akan mengikuti pembahasan perkembangan rencana pembentukan Kawasan Perdagangan Bebas Asia Pasifik (Free Trade Area Asia Pacific/FTAAP),” tutur Mendag.

Surplus Beruntun

BACA JUGA:Ratusan UMKM Sambut Pesta Kemerdekaan Indonesia di IKN

BACA JUGA:Penggunaan Artificial Intelligence Dapat Meningkatkan Kinerja Logistik

Merujuk Deputi Bidang Statistik Perdagangan dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, sebelumnya, Indonesia pernah mengalami surplus beruntun neraca perdagangan barang. Surplus neraca dagang paling lama terjadi selama 152 bulan berturut-turut sejak Juni 1995 hingga April 2008.

”Kemudian, pada Januari 2016 hingga Juni 2017, neraca dagang Indonesia juga mengalami surplus selama 18 bulan beruntun,” ujarnya dalam konferensi pers yang digelar secara hibrida di Jakarta.

Kategori :