Memarkir Devisa Hasil Ekspor SDA untuk Memperkokoh Daya Tahan Ekonomi

Indonesia selalu meraih surplus perdagangan dari ekspor nonmigas selama lima tahun berturut-turut. Sepanjang 2024 saja, tercatat surplus sebesar USD31,04 miliar. Surplus tersebut dihasilkan dari surplus nonmigas sebesar USD51,44 miliar dan defisit migas s-ANTARA FOTO-

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Indonesia selalu meraih surplus perdagangan dari ekspor nonmigas selama lima tahun berturut-turut. Sepanjang 2024 saja,  tercatat surplus sebesar USD31,04 miliar.

Surplus tersebut dihasilkan dari surplus nonmigas sebesar USD51,44 miliar dan defisit migas sebesar USD20,40 miliar.

Dijelaskan oleh Menteri Perdagangan Budi Santoso, Minggu (19/1/2025), surplus nonmigas Indonesia 2024 sebagian besar disumbang oleh perdagangan dengan beberapa negara mitra dagang. Amerika Serikat (AS) menjadi penyumbang surplus terbesar dengan USD16,84 miliar, diikuti India USD15,39 miliar, Filipina USD8,85 miliar, Malaysia USD4,13 miliar, dan Jepang USD3,71 miliar.

BACA JUGA:Potensi Ekspor Pisang Indonesia: Menyongsong Era Baru Keunggulan Komoditas Pertanian

BACA JUGA: Menggali Potensi Ekspor Pinang ke Bangladesh sebagai Solusi Ekonomi di Tengah Krisis Global

Sedangkan, neraca perdagangan Indonesia pada Desember 2024 membukukan surplus sebesar USD2,24 miliar. Dengan capaian surplus ini, neraca perdagangan Indonesia meneruskan tren surplus selama 56 bulan berturut-turut sejak Mei 2020. Surplus Desember 2024 didorong surplus nonmigas sebesar USD4,00 miliar dan defisit migas sebesar USD1,76 miliar.

Sektor dengan peningkatan ekspor paling signifikan dibanding tahun sebelumnya terjadi pada sektor pertanian sebesar 29,81 persen diikuti industri 5,33 persen. Sedangkan, ekspor sektor pertambangan turun 10,20 persen.

Beberapa produk utama ekspor nonmigas dengan kenaikan tertinggi pada 2024, antara lain, kakao dan olahannya (kode barang ekspor/impor HS 18) sebesar 118,63 persen; barang dari besi dan baja (HS 73) 101,10 persen; aluminium dan barang daripadanya (HS 76) 70,07 persen; kopi, teh, dan rempah-rempah (HS 09) 67,27 persen; serta tembaga dan barang daripadanya (HS 74) 51,11 persen (CtC).

BACA JUGA:Ekspor Bubuk Kencur ke Jerman: Dari Rempah Tradisional Menjadi Bisnis Bernilai Miliaran

BACA JUGA:Kelapa Parut Kering Indonesia Menghadirkan Peluang Ekspor dengan Nilai Miliaran Rupiah di Pasar Dunia

Tiga raksasa ekonomi dunia, Tiongkok, AS, dan India masih menjadi pasar utama ekspor nonmigas Indonesia pada 2024 dengan nilai mencapai USD106,86 miliar. Ketiga negara ini berkontribusi sebesar 42,94 persen dari total ekspor nonmigas nasional.

Sementara itu, ekspor nonmigas Indonesia ke beberapa negara pada 2024 dengan peningkatan terbesar, antara lain, ke Australia sebesar 60,58 persen diikuti Rusia 44,04 persen, Brasil 34,84 persen, Turkiye 25,97 persen, dan Vietnam 25,04 persen.

Mengacu dari kondisi positif ekspor nonmigas Indonesia tersebut, Presiden Prabowo Subianto menerbitkan kebijakan kewajiban penyimpanan devisa hasil ekspor sumber daya alam (DHE SDA) di dalam negeri. Kebijakan ini dituangkan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 8 Tahun 2025, yang diumumkan di Istana Merdeka, Jakarta.

“Dalam rangka memperkuat dan memperbesar dampak dari pengelolaan devisa hasil ekspor sumber daya alam maka pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2025,” ujar Presiden Prabowo.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan