Pandemi Iklim, Subtitusi Pangan Menjadi Penting

Jumat 10 May 2024 - 19:19 WIB
Reporter : Benny Siswanto
Editor : Ependi

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Subtitusi pangan alias menanam tanaman pangan selain padi, menjadi salah satu langkah cerdas, menyikapi krisis iklim yang masih mengintai. 

Dalam skala global, beberapa negara eksportir beras, mulai mengerem bahkan menyetop hasil produksinya untuk dijual ke negara lain. 

Tak ayal, seperti yang kini tengah dalam fase distribusi beras oleh Bulog Lampung ke Provinsi Bengkulu. 

Beras yang didistribusikan untuk mendukung program bantuan pangan atau bapang itu, tidak lagi dari negara-negara yang selama ini lazim memasok beras ke RI, seperti Thailand hingga Pakistan. 

BACA JUGA:PNS Yang Maju Pilkada Wajib Mundur

BACA JUGA:Risih Dengan Munculnya Bau Tidak Sedap! Ini Cara Menghilangkan Aroma Tidak Sedap Dari AC Mobil

Beras dengan kualifikasi medium yang bakal didistribusikan oleh PT Pos Indonesia yang disuplai dari Bulog itu, merupakan hasil impor dari Negara Myanmar. 

Di tengah fakta debit air dunia yang menurun. Kerusakan fasilitas jaringan irigasi, mulai dari primer, sekunder hingga tersier yang masih menjadi soal bagi petani.

Penanaman komoditi palawija sampai dengan pengganti beras, strategis menjadi solusi guna mengantisipasi kemungkinan kelangkaan pangan. 

"Kami mulai menamam ubi di lahan pekaran dan lainnya. Nanem padi juga, hasilnya anjlok parah. Serangan hama seperti walang sangit, tikus hingga burung kian memperparah kondisi," ungkap Hartiyah (45), salah satu petani di wilayah Desa Sumber Rejo Kecamatan Hulu Palik. 

BACA JUGA:Kampanye Hijau : Break Free From Plastik, 5 Perusahaan di Indonesia Penyumbang Sampah Sachet

BACA JUGA:Mengenal Ombudsman, Lembaga Pemerintah yang Tak Bisa Dihukum

Bahkan, ancer-ancer menyewakan bidang sawahnya, alih-alih tingginya biaya produksi yang bertolak belakang dengan hasil bertani, sepertinya tengah menjadi opsinya agar lahan sawah tetap menghasilkan.

"Sekarang ini loh, apa yang murah. Mahal semua," keluhnya, sembari menampi hasil panennya yang anjlok lebih dari 50 persen. 

Persoalan di sektor hilir program palawija, yakni pasar hasil produksi, dinilai sudah harus disikapi daerah, karena sudah menjadi persoalan lama. 

Kategori :

Terkait