Ya mulai mencetak sawah (macul) kemudian sampai pada manen padinya, semua hampir dilakukan melalui tradisi sambatan.
BACA JUGA:1.400 Ton Beras Bakal Dipasok ke Bengkulu Utara
BACA JUGA:Status Naik ke Penyidikan, Jaksa Sita Aset dan Dokumen Desa Talang Rasau
Kemudian, sambutan juga dilakukan oleh masyarakat untuk buat rumah, juga kegiatan sosial di lingkungan yang lain.
"Ini kan gambaran hidup mas, sambatan itu dari kata sambat atau meminta tolong, yang secara langsung mengajarkan pada kita bahwa kita adalah manusia lemah, yang tidak bisa hidup sendiri dan pasti akan memerlukan orang lain.
Dan ini budaya adiluhung atau memiliki arti yang tinggi, karena akan selalu menjadi pengingat kebaikan dalam hidup kita," terang Widodo.
Kemudian, lanjut widodo, apalagi yang menjadikan tradisi sambatan sebagai budaya adiluhung.?
BACA JUGA:Mukomuko Tetapkan Status KLB Demam Berdarah
BACA JUGA:Melihat Potensi Opsen Pajak Kendaraan, Bisa Dongkrak PAD 3 Kali Lipat
Yakni bisa menjadi jembatan silaturahmi, mempertemukan orang banyak dengan beragam karakter namun bisa sepaham dalam satu tujuan.
Misalnya begini mas, seperti yang kita lakukan sekarang adalah sambatan menegakkan rumah saudara kita.
Ini kan orangnya banyak, dan semua memiliki karakter yang berbeda beda, ada yang wataknya keras ada juga yang lembut.
Namun yang mereka kerjakan dan pahami adalah tujuan mereka sambatan ini yakni untuk menegakkan rumah.
BACA JUGA:Duh, Puluhan Guru Lulus PPPK Ini, Terancam Tak Dapat SK
BACA JUGA:Dekati Tahapan Pencalonan Jalur Independen, Waspadai Calo KTP!
"Akhirnya apa, di dalam beragam perbedaan tersebut bisa menyatu dalam kekompakan dan kerukunan. Dan kami masyarakat di sini juga masih menjunjung tinggi tradisi, bahwa kerukunan merupakan senjata yang paling ampuh untuk selalu digunakan dalam kehidupan sosial bermasyarakat hingga saat ini," cerita Widodo.