Aila mengambil sapu di halaman rumahnya. Ia sendirian di rumah. Mamanya masih mengajar.
Selesai menyapu ruang tamu dan ruang tengah, mata Aila bertemu dengan kamar sang Mama.
Ia tersadar, sudah cukup lama ia tak memasuki kamar itu. Mamanya melarang Aila membersihkan kamar beliau. Katanya, “Biar Mama saja yang membersihkan. Ini kan tanggung jawab Mama. Tugas kamu cuma belajar.”
dipungkiri, akhir akhir ini Aila heran dengan kondisi Mamanya. Tak jarang ia memergoki Mamanya memijit kening.
Mamanya juga terlihat sangat lemas. Tapi sang Mama menolak di bawa ke dokter.
BACA JUGA:IDI di Bengkulu Tahun 2022 Capai 73,23
BACA JUGA:Kementerian Investasi - Kemendagri Perpanjang Kerja Sama Akses Pemanfaatan Data Kependudukan
Akhirnya, Aila memutuskan untuk membersihkan kamar Mamanya. Tidak ada yang aneh.
Begitulah yang Aila rasa saat masuk ke kamar bercat putih itu.
Netra Aila terarah ke meja kerja Mamanya. Penasaran, ia menghampiri meja itu.
Tak ada yang aneh dengan berkas berkas di atas meja.
Tangan Aila menarik sebuah laci.
BACA JUGA:Uang Beredar Tumbuh Lebih Tinggi pada Maret 2024
BACA JUGA:Maju Pilgub, Eks Bupati dan Bupati BS Daftar ke PDI Perjuangan
Keningnya mengerut begitu netranya melihat amplop putih bertuliskan nama rumah sakit yang letaknya jauh dari rumah.
Tangan Aila terulur mengambil amplop itu, lalu membukanya perlahan.