Sabung Ayam, Antara Mitos dan Sejarah

Sabtu 30 Mar 2024 - 19:28 WIB
Reporter : Dodi Haryanto
Editor : Ependi

Konon, istilah ini mengacu pada permainan sabung ayam di Nusantara yang sangat digemari orang-orang Portugis. 

Dari pelafalan inilah kemudian istilah ini diserap ke Nusantara dan masuk ke pelbagai bahasa seperti bahasa Melayu atau Jawa. 

Namun tidak terlalu jelas, sejak kapan istilah jago jadi kata serapan. Pada kasus Banten, merujuk buku Sejarah Banten karya TBG. 

Roesjan (1954), fenomena penyerapan kata jago ke dalam bahasa lokal tercatat telah muncul pada 1810.

BACA JUGA: Permintaan Domestik Topang Sektor Manufaktur Indonesia

BACA JUGA: 5 Komitmen Bersama Yang Dilahirkan Dalam Rembuk Stunting

Merujuk Anthony Reid dalam karyanya yang berjudul Southeast Asia in the Age of Commerce 1450-1680 Volume One: The Lands Below the Winds, fenomena sabung ayam ini, bersama pertarungan spektakuler lainnya seperti adu gajah atau harimau, lazim diselenggarakan untuk memeriahkan pesta-pesta kerajaan di kota-kota di Asia Tenggara.

Menurutnya, di masa lalu ayam menjadi salah satu hewan yang sering diadu sebagai simbol kemeriahan atau kebesaran wajah kekuasaan dari kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara.

Lebih jauh menurut Reid, setidaknya di Jawa pra-Islam dan hingga kini masih hidup di Bali, praktik sabung ayam tak semata bermakna ritus sosial, melainkan juga memiliki makna keagamaan dan menjadi bagian penting dalam pesta keramaian candi, penyucian, dan ziarah. 

Darah ayam sabungan dipandang sebagai korban untuk menyenangkan dewa-dewa, demi kesuburan, demi upacara penyucian, dan untuk merayakan keberhasilan perang.

BACA JUGA:Pemprov Bengkulu Ajak Masyarakat Teladani Makna Nuzulul Qur'an

BACA JUGA: Tahun 2024, Pemprov Bengkulu Fokus Turunkan Stunting

Jejak-jejak Diskursus

Masyarakat Jawa mengenal folklore Cindelaras. 

Mengambil konteks dan latar belakang sejarah di zaman Kerajaan Jenggala abad ke-11, narasi ini bercerita perihal sabung ayam dan relasinya dengan simbol kuasa. 

Tak kecuali bagi masyarakat Sunda, pun ditemui folklore Ciuang Wanara. 

Kategori :

Terkait

Sabtu 07 Dec 2024 - 18:14 WIB

Kembalinya Sang Ganesha

Sabtu 30 Nov 2024 - 19:52 WIB

Kembalinya Candi Lumbung ke Desa Sengi

Sabtu 23 Nov 2024 - 18:41 WIB

Menyusuri Jejak Sejarah Gereja Blenduk