Curah hujan yang tinggi dan udara pegunungan rupanya menjadi tempat yang sesuai untuk tanaman cincau (Mesona palustris). Perdu ini banyak ditanam di ladang, pekarangan, atau lahan-lahan kosong.
Tradisi kuliner cincau dipercaya berasal dari Tiongkok yang menyebar ke Asia Tenggara, termasuk ke Indonesia. Adalah eksplorasi para perantau Hokkian itu yang menemukan tanaman lokal yang dapat menghasilkan gelatin untuk kemudian disajikan dalam bentuk jelly.
Orang Hokkian menyebut pinyin xiancao, yang terpeleset dalam dialek lokal menjadi cincao lalu cincau.
Hitam Dan Hijau
Warga Tenjolaya sendiri merasa mewarisi tradisi cincau dari kakek nenek mereka.
BACA JUGA:Dukung Ungkap Oknum Penyalahgunaan BBM Bersubsidi
BACA JUGA: Polres Mukomuko Buka Program Mudik Gratis ke Bengkulu. Ini Syaratnya...
Namun, bisnis cincaunya menggeliat sejak Bogor menjadi kawasan penting dalam rantai pasok hasil pertanian bagi Jabodetabek.
Cincau hitam Tenjolaya juga mengisi sebagian pasar Jakarta, Tangerang, dan Bekasi.
Cincau mudah ditemukan di kota-kota di Jawa, meski tidak sebanyak di Jabodetabek.
Sentra produksi ada di Bogor, Bandung, dan Tasik. Di Jawa Tengah, cincau diproduksi di beberapa sentra di sekitar Solo. Di Jawa Timur yang terkenal ialah cincau Blitar.
Di Jawa Tengah dan Jawa Timur tumbuhan cincau ini disebut janggelan. Di luar Jawa, pasar cincau lebih terbatas.
BACA JUGA: Borong Juara MTQ Kecamatan Ulok Kupai. Ini Harapan Pengasuh TPQ Pagardin...
BACA JUGA: Sah, Per Tanggal 4 Maret 2024, Berganti Nama Menjadi Polsek Ulok Kupai
Untuk memproduksi cincau hitam tidak memerlukan teknologi yang rumit.
Bahannya adalah ranting-muda dan daun-daun cincau Mesona palustris yang telah dikeringkan dan dibersihkan.