“Dalam mimpiku, kau duduk dengan seseorang.”
“Siapa?”
“Entahlah. Tapi aku tahu itu bukan aku.”
“Mungkin memang bukan.”
BACA JUGA:The Emerald Code
BACA JUGA:Tuangan Teh Terakhir
Kau tersenyum, tapi matamu tak ikut tertawa. Di sana, aku masih melihat cahaya kecil itu. Tapi kini ia goyah. Mungkin karena angin. Mungkin karena waktu.
“Kau masih cinta padaku?” tanyamu.
Aku menghela napas.
“Aku tidak tahu. Mungkin bukan cinta yang lama. Tapi ada sesuatu.”
Kau mengangguk.
“Sesuatu itu cukup.”
“Tidak selalu,” sahutku.
“Tapi lebih baik daripada tak ada apa-apa.”
Di luar, langit mulai turun hujan. Rintik-rintik pertama terdengar di atap. Aku menatap matamu sekali lagi, mencoba melihat kunang-kunang itu.
Masih ada. Tapi redup. Seperti cahaya terakhir sebelum padam.