BACA JUGA:LELANANGE JAGAD MERINGKUK DI KOSAN
"Ampun, Pak! Ada apa ini! Salah saya apa, Pak!"
"Jangan bohong!!!" hardik istri alm. Pak Birma yang seolah hendak mencengkram. Dua anak di belakangnya berusaha menahan dengan wajah gusar dan cemas. "Perampok mana yang mau ngaku, hah!!! Biadap!!!Bangun!!!!!"
Petugas berpakaian preman itu lantas menegakkan tubuh Pak Prihatin. Polisi itu memborgolnya sementara petugas lain langsung masuk dalam rumah.
"Perampok? Ibu saya nggak pernah didik saya untuk jadi itu. Perempuan ini fitnah saya Pak Polisi!" protes Pak Prehatin heran bercampur marah.
Tanpa ia sadari juga puluhan pasang mata warga yang menatapnya berubah pandang. Kali ini pandangan itu kian gila dengan rutukan tajam sumpah serapah.
BACA JUGA:Wanita yang Nglungsungi Seperti Ular
BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK
"Bawa saja orang gila itu Pak Polisi!"
"Penjarakan saja!"
"Kami sudah muak dengannya!"
Hati Pak Prehatin hancur luluh lantak karena ujaran menyakitkan itu. Sampai demikian kebencian mereka yang jelas-jelas bahwa dirinya belum tentu bersalah.
"Komandan Surya!" panggil satu petugas kepada pria berpakaian preman yang mengunci kedua lengan Pak Prehatin, "dari dalam kami temukan koper berisikan uang cukup banyak dan sepucuk pistol jenis colt di samping tv."
BACA JUGA:Rubik Hati Naras
BACA JUGA:SESUATU DALAM MAHKOTANYA
Mimik Pak Prehatin tambah tercekat saat mendengar ada senjata api di rumahnya. Ia berontak dengan sangat.