Presiden Prabowo Subianto sendiri telah menginstruksikan pembukaan jalur penerbangan langsung ke kawasan ini.
Contoh lain adalah Labuan Bajo, yang menjadi bagian dari KEK pariwisata. Kawasan di NTT ini juga masih membutuhkan peningkatan aksesibilitas agar mampu bersaing dengan destinasi global.
Di sisi lain, KEK yang berorientasi pada industri, seperti KEK Sei Mangkei, menghadapi tantangan dalam membangun rantai pasok yang terintegrasi dengan baik.
BACA JUGA: Kondisi Makro Ekonomi Indonesia Masih Tangguh
BACA JUGA:Ini Dua Syarat Ekonomi Indonesia Tumbuh Positif di 2024
Potensi Masih Luas
Di tengah tantangan tersebut, peluang untuk mengoptimalkan KEK masih sangat besar. Dengan lokasinya yang strategis di jalur perdagangan dunia, KEK di Indonesia memiliki keunggulan geoekonomi dan geostrategis.
“KEK adalah instrumen utama untuk menarik investasi. Sekarang adalah saatnya memasarkan KEK dan mengoptimalkan peluang yang ada,” kata Menko Airlangga.
Pemerintah juga menargetkan KEK menjadi motor utama diversifikasi ekonomi. Di tengah dinamika global, Indonesia harus mampu memanfaatkan waktu 3--4 tahun ke depan untuk mengembangkan KEK secara optimal.
Arah Baru Pertumbuhan
BACA JUGA:Kunci Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
BACA JUGA:Proyek Strategis dan Investasi Asing, Fondasi Kuat Ekonomi Indonesia 2024
Dengan berbagai capaian yang telah diraih, KEK menjadi bukti komitmen Indonesia dalam menghadirkan pertumbuhan ekonomi inklusif. Melalui perbaikan infrastruktur, insentif investasi, dan peningkatan kualitas SDM, KEK diharapkan menjadi magnet investasi global sekaligus pusat pertumbuhan baru di berbagai daerah.
Indonesia telah mengambil langkah besar. Kini, waktunya menjadikan KEK sebagai cerita sukses yang tidak hanya berkontribusi pada ekonomi nasional, melainkan juga memperkuat posisi Indonesia di panggung ekonomi dunia. (*)
Sumber Indonesia.go.id