BACA JUGA:PEREMPUAN YANG MENJUAL DIRINYA PADA JARAK
Sehingga meski dengan terpaksa, ia tetap melaksanakan tugas sebagai Waka kurikulum. Awal ia menjabat, tidaklah mudah.
Harsono ditunjuk kepala sekolah yang baru, karena kepala sekolah itu tau Harsono adalah orang yang lurus. Kepala sekolah baru itu adalah kepala sekolah lulusan guru penggerak.
Yang menjadi kepala sekolah karena memang kompetensinya, tanpa faktor menyogok ke meja-meja birokrasi.
Tidak mudah bagi Harsono, ketika menghadapi rekan-rekan kerjanya yang masih pakai cara-cara lama dalam memanajemen lembaga.
BACA JUGA:Anak Sekolah Dasar yang Mati Tak Berdasar
BACA JUGA:Love or Ghosting
Sebut saja, syarat dengan intrik-intrik manipulasi data dan dana. Pembenarannya, kalau sekolah tidak dijalankan dengan egoh sana - egoh sini, tidak bisa anggaran itu bisa memenuhi kebutuhan sekolah. Yang sering kali ada kegiatan dadakan.
Misalnya ketika dinas minta mengirimkan siswa untuk mengisi acara, untuk sewa kostum, sound system. Atau ketika ada kegiatan dadakan, sekolah kedatangan pejabat, tentu adatnya pejabat dinas tidak pulang dengan tangan kosong, ada semacam upeti yang harus disetorkan.
Belum lagi pejabat lain-lain yang ada agenda semacam sosialisasi. Misalnya sosialisasi anti korupsi, tapi kedatangan pejabat itu tidak ada sumber alokasi anggaran dari rancangan anggaran tahunan yang dimiliki sekolah. Tentu harus dicari-carikan uang dari jalan yang tidak seharusnya.
BACA JUGA:ULAR BERWUJUD MANUSIA
BACA JUGA:JODOHMU ADALAH SIAPA DIRIMU
Idealisnya Harsono sering berbenturan dengan teman-temannya yang ahli memainkan anggaran. Dilematika semacam itu yang dihadapi Harsono.
Ia merasa tidak cocok duduk di kursi ksatria. Tidak cocok jadi pejabat lembaga. Ia ingin kembali ke kasta yang lebih tinggi. Menjadi guru saja, yang tugasnya mengajar dan mendidik siswa.
Mengabdikan diri pada ilmu saja. Tanpa harus mengurusi keruwetan birokrasi.
Sepulang kerja. Akhir-akhir ini ia kembali pada kebiasaan lama, kebiasaan seperti ketika anaknya masih ada. Merenung di padang rumput, menengok makamnya Bima.