RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Di era digital yang serba cepat ini, fenomena FOMO (Fear of Missing Out) atau rasa takut ketinggalan semakin marak.
Tidak hanya berdampak pada kehidupan sosial, FOMO juga bisa menghancurkan keuangan seseorang.
Apa itu FOMO? Secara sederhana, FOMO adalah perasaan cemas atau gelisah karena merasa kehilangan kesempatan atau tren yang sedang populer di sekitar kita, baik itu dalam hal sosial, teknologi, maupun finansial.
Terutama dalam dunia investasi dan belanja, FOMO dapat menjadi bumerang yang berbahaya bagi kesehatan keuangan.
BACA JUGA:5 Tips Kontrol Pengeluaran untuk Keuangan yang Lebih Sehat
BACA JUGA:Tiongkok Mulai Fokus Dorong Pembangunan Keuangan Hijau Demi Melindungi Lingkungan Ekologis
FOMO dalam Dunia Investasi: Beli Tanpa Pertimbangan
FOMO seringkali menjadi alasan utama seseorang terjun ke dunia investasi tanpa pengetahuan yang cukup.
Melihat teman atau orang lain sukses berinvestasi di saham, cryptocurrency, atau aset lainnya, banyak orang tergoda untuk ikut serta tanpa melakukan riset terlebih dahulu.
Misalnya, saat harga saham atau koin kripto sedang naik, mereka merasa harus segera membeli agar tidak kehilangan kesempatan mendapatkan keuntungan besar.
Namun, dalam dunia investasi, berinvestasi hanya karena takut ketinggalan atau mengikuti tren tanpa memahami risiko yang ada dapat berujung pada kerugian.
BACA JUGA:Inklusi Keuangan Melonjak! Program GENCARKAN Siap Pacu Ekonomi Nasional
BACA JUGA:Secara Virtual, Gubernur Rohidin Sampaikan Nota Keuangan RAPB Perubahan TA 2024
Harga aset yang naik tajam bisa saja turun drastis dalam waktu singkat.
Banyak investor pemula yang terjebak dalam "jebakan FOMO" ini dan akhirnya harus menanggung kerugian karena mereka hanya mengikuti euforia pasar tanpa perhitungan matang.