RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Hujan yang terjadi hampir setiap hari beberapa minggu terakhir membuat produksi karet milik petani Kabupaten Bengkulu Utara menurun drastis.
Akibatnya, roda perekonomian para petani karet di Kabupaten Bengkulu Utara menjadi tidak stabil.
Kartono (39 tahun), petani karet yang berada di Desa Sidomukti, Kecamatan Giri Mulya mengungkapkan bahwa dengan curah hujan yang sangat tinggi pada beberapa minggu terakhir mengakibatkan pendapatan para petani merosot jauh.
"Ya hujan terus, ya pasti susah cari duit. Kita semuanya dari karet itulah, " ujar Kartono pada radarutara.bacakoran.co pada hari Minggu, 17 November 2024.
BACA JUGA:Petani Bengkulu Utara Sumringah, Harga Karet dan Sawit Naik Segini
BACA JUGA:Perubahan Cuaca, Harga Karet Turun
Biasanya, para petani yang memiliki satu hektar kebun karet, dengan setiap hari dilakukan pemanenan, seminggu bisa mengumpulkan getah karet sebanyak 80 kilogram.
Didukung dengan harga yang masih relatif stabil rata-rata mencapai Rp. 11 ribu, Artinya pada saat cuaca normal para petani karet dapat mendapatkan uang sebesar Rp. 880 ribu per minggu.
Namun, pada beberapa minggu terakhir ini, para petani tidak bisa setiap hari menyadap karet mereka. Ditambah, dengan hujan telah turun pada saat getah karet belum selesai menetes.
Sehingga, rata-rata dalam satu hektar kebun karet, para petani hanya bisa mengumpulkan karet berkisar 50 kilogram per minggu. Artinya dalam beberapa minggu terakhir, petani karet hanya mendapatkan uang kotor sebanyak Rp. 550 ribu per minggu.
BACA JUGA:PTPN I Regional 7 Fokus Manajemen Tanaman Karet
BACA JUGA:Kuota 2.000 Hektar Program Replanting, Tanaman Karet ke Sawit Juga Bisa?
"Kalau biasanya, seminggu bisa dapat 80 kilogram, tapi sekarang mana? Paling-paling 50 kilogram per minggu, "sambungnya.
Menghadapi persoalan iklim yang sedemikian rupa, para petani tidak bisa berbuat banyak bahkan cenderung pasrah dengan kondisi yang ada.
" Yang jelas kita tinggal pasrah aja, kita tidak berbisa berbuat banyak,"lanjutnya.