*****
Sepulang ia ke desa. Menyandang status sebagai janda kaya. Kembali kita bahas Sumarni, kini ia berusia 55 tahun. Usia yang sudah tidak lagi muda.
Namun gayanya masih seperti wanita usia 25. Ia merasa hampa, semua harapan sudah diraihnya, rumah mewah, punya tanah, emas dan tabungan, semua telah didapatkan. Namun tanpa ia sadari, ia telah kehilangan satu hal yang paling berharga, yaitu waktu.
BACA JUGA:DI NEGERI PARA PESOLEK
BACA JUGA:Sebelum Pandemi dan Sesudah Itu Mati
Tak terasa waktu begitu cepat berlalu, rasa-rasanya baru kemarin ia sebagai seorang remaja desa yang merantau di Jakarta. Tau-tau hari ini, usianya sudah kepala lima.
Dengan anaknya pun, ia kurang akur. Setiap melihat anaknya, teringat dendamnya pada mantan suaminya yang telah menghianatinya. Hari-hari selalu terdengar ia bertengkar dengan anaknya yang laki. Bahkan seringkali anaknya tidak pulang, karena tidak kerasan tinggal di rumah mewah itu.
Didera kesepian dan kehampaan, sendirian di rumahnya yang besar, mengadu ia pada Tuhan. Jiwanya masih muda, belum sempat menikmati indahnya kehidupan, tapi usianya sudah senja.
Ia yakin Tuhan bakal kasihan padanya. Tiga hari tiga malam ia menangis di dalam kamarnya yang mewah. Dari jendela kamarnya, terlihat cahaya menyilaukan.
BACA JUGA:PEREMPUAN YANG MENJUAL DIRINYA PADA JARAK
BACA JUGA:Anak Sekolah Dasar yang Mati Tak Berdasar
Seperti bintang jatuh, benda itu jatuh tepat di punden belakang rumahnya. Berkat adanya punden itu juga, ia bisa membeli tanah yang luas dari uang tabungannya. Karena penduduk sekitar tidak ada yang berani membeli tanah keramat yang ada pundennya itu.
Benda itu masih memancarkan cahaya berkilauan. Marni mendekatinya, perasaannya bercampur antara takut dan penasaran. Sesampainya ia cukup dekat di lokasi jatuhnya benda bercahaya itu, terdengar suara.
"Marni jangan takut, aku hadir untuk membantumu, tangismu terdengar sampai ke langit, dan aku ingin menolongmu" ternyata batu itu bisa bicara. Marni diam seribu bahasa, ia hanya menyimak tak menjawab.
"Ambil batu ini, dan telan, jangan muntah atau terjatuh pecah, itu akan menolongmu, mengembalikan usiamu" dengan perlahan, Marni mulai meraih batu yang sebesar kelereng itu, cahayanya meredup ketika sudah dalam genggamannya, batu itu lebih mirip mutiara.
BACA JUGA:Love or Ghosting