Bedak tebal, untuk menutupi keriput wajahnya. Cara berpakaian seperti wanita muda, dengan celana jeans dan kaos berwarna cerah.
BACA JUGA:Love or Ghosting
BACA JUGA:ULAR BERWUJUD MANUSIA
Ia menolak tua. Sepertinya ia tidak percaya kalau sekarang ia sudah tua. Menolak tua. Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Rasanya baru kemarin ia merantau di Jakarta, ketika parasnya masih belia.
Berjuang menghadapi kerasnya ibu kota, untuk membawa nasib yang lebih baik buat keluarga di desa.
*****
Perantauannya di Jakarta mempertemukan dia dengan seorang lelaki yang bekerja sebagai satpam bank. Lelaki itu bernama Suharjo, biasa dipanggil Harjo.
Marni pertama kali bertemu Harjo ketika hendak kirim uang kepada keluarganya di desa. Uang hasil kerjanya sebagai asisten rumah tangga di sebuah perumahan elite.
BACA JUGA:JODOHMU ADALAH SIAPA DIRIMU
BACA JUGA:DEBAT ORANG-ORANG BISU
Ketika itu Marni sedang memasukkan uang di mesin ATM setor tunai, namun Marni lupa mencabut kartu ATM miliknya.
Untunglah ada mas Harjo yang melihat kejadian itu, mengamankan kartu ATM milik Marni, dan memanggilnya. Dari kejadian itulah mereka mulai berkenalan dan saling bertukar nomor ponsel.
Sesama perantau, membuat mereka berdua merasa senasib seperjuangan. Bertahan hidup menghadapi kerasnya ibu kota, akan sangat melelahkan jika tak punya teman untuk berbagi cerita.
Kerap kali sepulang kerja, mereka jalan-jalan cari makan di daerah Bulungan, sekedar cari makanan di pinggir jalan, dan asik ngobrol menghabiskan malam di pinggir trotoar. Sederhana tapi mesra.
BACA JUGA:POHON JAMBU WARISAN SI MBAH
BACA JUGA:Bukan Dia, Romeomu