komitmen Indonesia Menuju Masa Depan Energi Hijau

Selasa 08 Oct 2024 - 21:16 WIB
Reporter : Redaksi
Editor : Ependi

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Indonesia terus memperkuat komitmennya dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan melalui percepatan penerapan Biodiesel B40 pada 2025.

Langkah ini tidak hanya sebagai solusi terhadap tantangan lingkungan, melainkan juga membawa dampak ekonomi yang signifikan, terutama di sektor energi.

Biodiesel B40 adalah campuran bahan bakar fosil solar dengan 40 persen  bahan bakar nabati (BBN) minyak sawit.

Inisiatif ini menjadi bagian dari upaya Indonesia untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan memenuhi target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). 

BACA JUGA:Biodiesel hingga Hydro: Komitmen Indonesia Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

BACA JUGA:Biodiesel sebagai Solusi Energi Berkelanjutan

Di sisi lain, langkah ini juga menguatkan industri kelapa sawit, menciptakan lapangan kerja, serta memberikan nilai tambah bagi sektor energi baru dan terbarukan.

Pemanfaatan biodiesel di Indonesia mengalami peningkatan signifikan dari tahun ke tahun. Pertamina, sebagai produsen dan pemasok utama BBM, telah memperkenalkan Dexlite Pertamina, bahan bakar berbasis biodiesel yang semakin populer di pasar. 

Data dari subsektor Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) menunjukkan bahwa penggunaan biodiesel mencapai 6,2 juta kiloliter pada kuartal II-2024, atau 54,2 persen dari target tahunan yang ditetapkan sebesar 11,3 juta kiloliter. Pencapaian ini mencerminkan tingginya adopsi biodiesel di seluruh wilayah Indonesia.

 

Dampak Ekonomi 

Penerapan Biodiesel B40 memiliki dampak besar dalam mendukung komitmen Indonesia terhadap pengurangan emisi karbon, serta mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.

BACA JUGA: Harapan Baru Membangun Masa Depan Energi Berkelanjutan, Hidrogen Hijau di Indonesia

BACA JUGA:Upaya Pengembangan Listrik dari Energi Baru Terbarukan Perlu Diimbangi dengan Demand

Dengan meningkatkan konsumsi biodiesel, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil—tantangan besar yang telah lama dihadapi dalam sektor energi. 

Bahkan, menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, penerapan B40 berpotensi mengurangi impor solar hingga mencapai Rp404,32 triliun, sebuah pencapaian besar dalam menjaga stabilitas devisa negara.

Kategori :