Menjaga Tradisi Budaya Suku Dayak Tomun

Dua orang warga Lamandau menampilkan kostum dan topeng saat pembukaan Festival Babukung melintas di jalan A Yani, kota Nanga Bulik Kabupaten Lamandau.-MC KALTENG/Damar-

RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Di balik keindahan alam Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah, tersembunyi kekayaan budaya Suku Dayak Tomun yang terus hidup hingga kini.

Salah satunya adalah Festival Babukung, sebuah perayaan penuh makna yang merayakan kehidupan dan kematian dalam harmoni dengan alam.

Kabupaten Lamandau, yang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, adalah sebuah wilayah yang kaya akan keanekaragaman budaya dan tradisi.

Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kotawaringin Barat dan dikenal dengan keindahan alamnya yang dikelilingi oleh bukit-bukit dan hutan sawit.

BACA JUGA:Kapal Tradisional Asli Indonesia Warisan Nenek Moyang

BACA JUGA:Benteng Terluas Sejagat Ada di Buton

Jalan menuju desa-desa di Lamandau seringkali terasa seperti perjalanan di pegunungan, menawarkan pemandangan yang menakjubkan. Di kabupaten itu tinggal suku Dayak, khususnya Dayak Tomun. Suku itu terkenal dengan gaya hidup berburu dan berladang yang masih dipraktikkan hingga kini.

Rumah panggung dari kayu ulin, ciri khas suku Dayak, adalah pemandangan yang umum di wilayah ini. Beberapa di antaranya, masih digunakan sebagai lumbung padi yang dikelola bersama oleh komunitas.

Selain itu, masyarakat Dayak di Lamandau juga memproduksi mandau mereka sendiri, senjata tradisional yang digunakan untuk berburu. Produk-produk pertanian seperti jahe merah dan jahe putih juga menjadi komoditas yang diminati.

Mayoritas masyarakat Dayak di Lamandau menganut agama Kaharingan, sebuah kepercayaan asli suku Dayak sebelum masuknya agama-agama besar ke Kalimantan.

BACA JUGA:5 Keraton di Luar Pulau Jawa yang Jarang Diketahui

BACA JUGA:Bukit Menumbing Saksi Sejarah Perjuangan Bangsa

Kaharingan, yang berarti "tumbuh" atau "hidup", adalah pusat dari berbagai ritual adat, termasuk upacara pengorbanan ternak seperti babi atau ayam, yang darahnya dialirkan pada pohon yang dianggap suci.

Kebiasaan menginang, yang mirip dengan tradisi nginang di Jawa, juga masih dipraktikkan oleh sebagian masyarakat Dayak.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan