Trem Batavia, Primadona Transportasi Warga Ibu Kota Tempo Dulu
Tremn di Batavia pada era kolonial. Kemajuan transportasi Jakarta di zamannya. -WIKICOMMON-
RADARUTARA.BACAKORAN.CO - Tahukah Anda moda transportasi umum di Jakarta sudah cukup maju sejak era pemerintahan kolonial Hindia Belanda? Itu terbukti ketika PT Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta membangun jalur bawah tanah Fase 2A dari stasiun Bundaran Hotel Indonesia hingga Stasiun Kota ditemukan banyak artefak dan jejak sejarah era Batavia abad 16 hingga awal abad 20.
Selama proses ekskavasi proyek MRT Fase 2A itu ditemukan puluhan artefak, mulai dari tulang sendi dan gigi hewan pemamah biak seperti kerbau, fragmen keramik Tiongkok, fragmen keramik Eropa, peluru, botol tembikar, hingga koin Belanda. Temuan artefak tersebut diperkirakan berasal dari abad 18 sampai 20 Masehi.
Puluhan artefak itu ditemukan di 14 titik penggalian sepanjang kawasan konstruksi MRT Fase 2A, yakni bawah tanah Jalan MH. Thamrin dan sebagian Jalan Medan Merdeka Barat. Ragam artefak tersebut ditemukan dengan penggalian kedalaman 100-150 sentimeter.
BACA JUGA:Di Balik Pesona Festival Gandrung Sewu Banyuwangi: Menyimpan Sejuta Filosofi
BACA JUGA:Menembus Lorong Waktu Desa Adat Bena Flores
Adapun di jalur Harmoni-Glodok, ditemukan sejumlah objek cagar budaya maupun objek yang diduga cagar budaya (OBCD) yakni Jembatan Glodok, saluran pipa air kuno Batavia (Terakota), rel trem Batavia, cerucuk kayu, Tugu Jam Thamrin, dan temuan lepas lainnya.
Paling menarik adalah temuan rel trem Batavia. Setelah terkubur puluhan tahun, rel trem ditemukan di kedalaman 27 cm. Setidaknya kurang lebih ada 118 span rel atau sepanjang 1,4 km yang ditemukan di proyek MRT Jakarta.
Temuan rel trem tersebut menjadi bukti, Kota Batavia memiliki transportasi yang cukup maju pada zamannya. Trem menjadi salah satu transportasi yang cukup diminati warga Batavia saat itu. Hanya saja, penumpang trem Batavia dibedakan antara kelas penumpang etnis Eropa dan penumpang pribumi.
BACA JUGA:Mengenal Lebih Jauh Dunia Aksara Kuno
BACA JUGA:Warisan Kemegahan Kesultanan di Kalimantan Timur
Diawali dengan trem kuda pada 1869, yakni berupa kereta panjang yang dapat memuat 40 orang penumpang. Moda trem kuda ini mengingatkan istilah "zaman kuda gigit besi" yang sempat tenar di kalangan warga Jakarta tahun 1970 sampai 1990-an.
Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Nasional Junus Satrio Atmodjo mengatakan, rel trem peninggalan Belanda yang ditemukan dalam proyek pembangunan MRT Fase 2A merupakan yang tertua di Indonesia.
Arkeolog yang menjadi konsultan dalam proyek MRT Fase 2A tersebut mengatakan, rel kereta pertama dalam sistem perkeretapian di Indonesia itu dibangun pada 1869.
Rel kereta berikutnya setelah Batavia adalah yang menghubungkan Kota Semarang dengan Stasiun Tanggung. Trem juga dioperasikan di Kota Surabaya sejak 1889 sampai disetop total pada 1970.