Guna untuk Mendorong Pertumbuhan Ekonomi lebih Kuat
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6 persen. -Bisnis/Fanny Kusumawardhani-
Beberapa negara lain, seperti Tiongkok, bahkan telah mengambil langkah proaktif dengan membangun sistem moneter internasional mereka sendiri menggunakan mata uang yuan atau renminbi, untuk mengurangi ketergantungan pada dolar AS.
BACA JUGA:Memahami Perbedaan Deflasi dan Inflasi Sebagai Dampak dari Perubahan Ekonomi
BACA JUGA:Inklusi Keuangan Melonjak! Program GENCARKAN Siap Pacu Ekonomi Nasional
Dampak Positif
Di Indonesia, keputusan The Fed memberikan dampak positif bagi pasar keuangan.
Nilai tukar rupiah menguat tipis 0,35 persen terhadap dolar AS, mencapai level Rp15.275 per dolar, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga naik 0,75% ke level 7.887,76 pada pagi hari setelah pengumuman.
Penguatan ini menunjukkan adanya respons positif dari pasar terhadap kebijakan moneter global yang lebih longgar.
Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter, juga mengambil langkah serupa dengan memangkas suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 6 persen.
BACA JUGA:Perkembangan Ekonomi Digital E-Commerce di Indonesia Ternyata Tidak Terlepas Dari Peranan Gen Z
BACA JUGA:Krisis Ekonomi China Berpotensi Menular ke Seluruh Dunia, Mengapa Demikian?
Langkah itu disambut baik oleh pasar, karena dianggap dapat memberikan stimulus bagi perekonomian Indonesia yang tengah berupaya pulih dari tekanan ekonomi global.
Menurut Ryan Kiryanto, Ekonom dan Associate Faculty dari Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), langkah BI ini dinilai berani dan taktis.
BI mengumumkan penurunan suku bunga hanya beberapa jam sebelum The Fed membuat keputusan serupa. Meskipun terdapat risiko jika The Fed tidak memangkas suku bunganya, BI berhasil memanfaatkan momen dengan baik.
BACA JUGA: Mengubah Limbah Jadi Emas : Potensi Ekonomi di Balik Limbah Sawit
BACA JUGA:Upaya Stabilitas Ekonomi Kokoh, Angka Kemiskinan Turun