Babak Baru Industri Tembaga Indonesia, Menjadi Tonggak Hilirisasi
Fasilitas pemurnian konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia di Kabupaten Gresik siap memproduksi katoda tembaga.-Istimewa -
"Kapasitas input konsentrat akan terus meningkat setiap bulan hingga mencapai 100% pada Desember, yaitu sebesar 1,7 juta ton," jelas Tony Wenas.
BACA JUGA:Industri Nonmigas di Luar Jawa, Tren Positif Menuju Pemerataan
BACA JUGA:Jamin Keamanan Operasi Migas, Pemerintah Terbitkan Sembilan Pedoman
Selain katoda tembaga, smelter ini juga akan memproduksi emas batangan, perak batangan, dan beberapa mineral lainnya melalui fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) yang direncanakan selesai pada waktu yang bersamaan.
Dengan produksi emas mencapai 50 hingga 60 ton per tahun dan perak sekitar 220 ton, fasilitas ini akan memberikan tambahan kontribusi ekonomi yang signifikan bagi Indonesia.
Hilirisasi yang Tertinggal Sebelum Smelter
Sebelum pembangunan smelter Freeport di Gresik, industri tambang di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam mengolah hasil tambang di dalam negeri. Sebagian besar konsentrat tembaga dari tambang Grasberg di Papua, misalnya, diekspor ke luar negeri tanpa melalui proses pemurnian. Hal ini menyebabkan Indonesia kehilangan potensi nilai tambah yang besar dari SDA yang dimiliki.
BACA JUGA:Tarik Minat Investor Migas, Kementerian ESDM Tingkatkan Kebijakan
BACA JUGA:Tingkatkan Kompetensi, PPSDM Migas Gelar Pelatihan Gratis
Situasi ini mencerminkan ketertinggalan Indonesia dalam hal hilirisasi jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang sudah lebih dulu membangun industri pengolahan mineral.
Hasil tambang seperti tembaga, emas, dan perak hanya diekspor dalam bentuk mentah, sementara negara-negara penerima manfaat terbesar dari bahan mentah ini memperoleh keuntungan besar dari produk olahan.
Langkah pembangunan smelter Freeport ini menjadi solusi bagi tantangan tersebut.
Dengan fasilitas pemurnian yang ada, Indonesia kini bisa mengolah konsentrat tembaga di dalam negeri dan mengekspor produk akhir dengan nilai jual yang jauh lebih tinggi.
BACA JUGA:Kementerian ESDM Lakukan Tiga Kerja Sama Teknologi, Guna Optimalkan Produksi Migas