Biodiesel hingga Hydro: Komitmen Indonesia Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca
Pemerintah Indonesia telah mendapatkan komitmen dukungan pendanaan senilai USD21,6 miliar untuk mendanai penghentian operasi PLTU berbahan bakar batubara.-Doc. PLN-
BACA JUGA:Pensiunkan PLTU Batu Bara, Pemerintah Bahas Program Pendanaan Transisi Energi
BACA JUGA:Percepat Transisi, Indonesia Dorong Perluasan Akses Energi Bersih
Menko Airlangga juga mengatakan ke depan Indonesia akan menyiapkan Sustainable Aviation Fuel (SAF) untuk 5 persen dari penggunaan avtur yang diharapkan Indonesia menjadi supplier terbesar di ASEAN.
Kemudian Indonesia juga akan mengembangkan hydro energy yang diharapkan bisa mencapai total kapasitas mendekati 10 gigawatt.
Konsep Hibrida Pembangkit Listrik
Upaya menurunkan emisi gas rumah kaca juga dilakukan di ranah penelitian dan inovasi. Saat ini, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah membuat konsep hibrida antara Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan Pumped Hydro Energy Storage (PHES) yang ditopang oleh Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Model ini berpotensi untuk energi listrik berkelanjutan.
BACA JUGA:Transisi Energi Indonesia Perlu Libatkan Peran Anak Muda
BACA JUGA:Revisi UU Migas Dukung Investasi Migas dalam Era Transisi Energi
“Dalam sistem hibrida ini, daya dan energi yang dihasilkan oleh PLTS dapat digunakan untuk melayani beban pada siang hari, sementara PLTMH dapat beroperasi untuk melayani beban pada malam hari atau saat PLTS tidak menghasilkan listrik,” kata Peneliti Pusat Riset Konversi dan Konservasi Energi (PRKKE) BRIN, Andhika Prastawa di Jakarta.
Andhika mengatakan pemanfaatan energi air melalui pengembangan PLTMH memiliki potensi besar. Kajian terbaru menemukan bahwa terdapat sekitar 26.000 lokasi off-river di Indonesia yang belum dimanfaatkan, dengan potensi kapasitas penyimpanan energi mencapai 800 Terawatt hour (TWh).
Namun demikian, Andhika menyebutkan pengembangan teknologi hibrida PLTS-PHES di Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan, yang meliputi kebutuhan akan pemetaan potensi yang lebih konkret, pendanaan yang memadai, regulasi harga yang mendukung, serta dukungan logistik yang realistis.
BACA JUGA:Pensiunkan PLTU Batu Bara, Pemerintah Bahas Program Pendanaan Transisi Energi
BACA JUGA: Menko Marves Tekankan Pentingnya Transisi Energi Berkeadilan dan Pengembangan Industri Hijau
Untuk itu, pihak BRIN menekankan pentingnya kolaborasi yang erat antara pemerintah, industri, dan lembaga riset untuk mewujudkan potensi besar energi terbarukan di Indonesia. (**)