Melestarikan Budaya, Membalut Pesona Desa Wisata

Reporter: Doni Aftarizal |

Editor: Ependi |

Sabtu , 13 Jul 2024 - 21:22

Kades Batu Ampar, Herwan Iskandar saat pembukaan Umbung Sadeui dan arak-arakan gunung sayur serta buah-buahan-Radar Utara / Doni Aftarizal-

'Umbung Sadeui' Desa Batu Ampar

Pagelaran adat 'Umbung Sadeui', begitulah masyarakat Desa Batu Ampar Kecamatan Merigi Kabupaten Kepahiang menyebut dan mengenalkannya kepada khalayak ramai.

Kegiatan itu perdana digelar Desa Batu Ampar yang memiliki luas wilayah desa 791,94 Hektar (Ha), dengan ketiggian sekitar 700 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL).

Bagaimana cerita lengkapnya, berikut laporannya.

AFTARIZAL DONI - BENGKULU

Pagi itu embun mulai memudar dari dedaunan, seiring dengan mulai meningginya sang surya. Dengan beralaskan tikar pandan bermotif merah, Kepala Desa (Kades) Batu Ampar, Harwan Iskandar bersama sejumlah masyarakat duduk bersilah.

Dihadapan mereka, juga tersusun rapi sekapursirih dan berbagai jenis makanan khas lokal seperti Lepat, Lemang dan lainnya. Tak berselang lama, mereka pun menengadahkan tangan melangitkan do'a, sebagai pertanda rasa syukur.

Setelah rangkaian do'a selesai, tabuhan Rebana dibarengi dengan Sholawat Nabi pun berkumandang. Masyarakat pun berjalan beriring-iringan.

Kades Batu Ampar, Herwan Iskandar saat pembukaan Umbung Sadeui dan arak-arakan gunung sayur serta buah-buahan-Radar Utara / Doni Aftarizal-

Beberapa masyarakat diantaranya memikul sayur-sayuran dan buah-buahan, yang merupakan hasil bumi desa setempat dan sudah tersusun rapi seperti gunung untuk diarak menuju pusat kegiatan Pagelaran Adat 'Umbung Sadeui'.

"Alhamdulillah, hari ini kita telah selesai menggelar 'Umbung Sadeui'. Kegiatan pagelaran adat ini, perdana kita laksanakan di Desa Batu Ampar," ujar Harwan Iskandar, Sabtu 13 Juli 2024.

melestarikan budaya, membalut pesona desa wisata                            'umbung sadeui' desa batu ampar
pagelaran adat 'umbung sadeui', begitulah masyarakat desa batu ampar kecamatan merigi kabupaten kepahiang menyebut dan mengenalkannya kepada khalayak ramai.
kegiatan itu perdana digelar desa batu ampar yang memiliki luas wilayah desa 791,94 hektar (ha), dengan ketiggian sekitar 700 meter diatas permukaan laut (mdpl).
bagaimana cerita lengkapnya, berikut laporannya.
aftarizal doni - bengkulu
pagi itu embun mulai memudar dari dedaunan, seiring dengan mulai meningginya sang surya. dengan beralaskan tikar pandan bermotif merah, kepala desa (kades) batu ampar, harwan iskandar bersama sejumlah masyarakat duduk bersilah.
baca juga:pemdes suka maju inisiator memasyarakatkan olahraga melalui ansukma cup 1
baca juga:bunga bangkai ditemukan di bantaran sungai air berau
dihadapan mereka, juga tersusun rapi sekapursirih dan berbagai jenis makanan khas lokal seperti lepat, lemang dan lainnya. tak berselang lama, mereka pun menengadahkan tangan melangitkan do'a, sebagai pertanda rasa syukur.
setelah rangkaian do'a selesai, tabuhan rebana dibarengi dengan sholawat nabi pun berkumandang. masyarakat pun berjalan beriring-iringan.
kades batu ampar, herwan iskandar saat pembukaan umbung sadeui dan arak-arakan gunung sayur serta buah-buahan-radar utara / doni aftarizal-
beberapa masyarakat diantaranya memikul sayur-sayuran dan buah-buahan, yang merupakan hasil bumi desa setempat dan sudah tersusun rapi seperti gunung untuk diarak menuju pusat kegiatan pagelaran adat 'umbung sadeui'.
"alhamdulillah, hari ini kita telah selesai menggelar 'umbung sadeui'. kegiatan pagelaran adat ini, perdana kita laksanakan di desa batu ampar," ujar harwan iskandar, sabtu 13 juli 2024.
baca juga:panen sawit lahan das picu letusan senjata. majah: perusahaan tidak berhak!
baca juga:pelaku pencuri uang rp250 juta sudah membuntuti korban sebelum ke bank
'umbung sadeui' saat ini sudah termasuk salah satu agenda desa, yang didalamnya terdapat kenduri atau syukuran, serta pagelaran seni dan lainnya.
"sengaja kita memanfaatkan momentum bulan muharram, yang merupakan tahun baru islam untuk menggelar pagelaran adat 'umbung sadeui' ini," kata harwan.
harwan menjelaskan, secara harfiah 'umbung sadeui' sebagai wadah bagi masyarakat desa batu ampar untuk memanjatkan rasa syukur atas segala rahmat yang telah dikaruniai sang pencipta.
"kemudian sebagai wadah kita untuk menghidupkan dan melestarikan nilai-nilai tradisi, kesenian, kebudayaan dan adat-istiadat yang ada di tanah rejang," jelas harwan.
karena, lanjut harwan, dalam 'umbung sadeui' juga ada upacara kejei, dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan adat-istiadat rejang.
baca juga:ketahanan industri indonesia di tengah volatilitas ekonomi global
baca juga:inilah 44 pelajar di bengkulu utara yang lolos seleksi paskibraka 2024
"kita berharap dengan pagelaran adat 'umbung sadeui', tradisi rejang tetap lestari dan terjaga. lebih dari itu, tentunya dapat mendorong atau menjadi daya tarik bagi wisatawan," harap harwan.
mengingat desa batu ampar, merupakan salah satu desa wisata di provinsi bengkulu. makanya dalam 'umbung sadeui' tadi, juga pagelaran seni berupa tari kejei.
"tari kejei yang kita tampilkan, tentunya bukanlah tari kejei yang sudah dikreasi. tetapi versi tradisionalnya, jadi kalau ingin tahu tari kejei versi tradisional, silakan datang ke batu ampar," terang harwan.
sementara untuk gunung sayur-sayuran dan buah-buahan, yang merupakan hasil bumi desa batu ampar, untuk menambah kemeriahan dan bentuk rasa syukur masyarakat.
baca juga:panen sawit lahan das picu letusan senjata. majah: perusahaan tidak berhak!
baca juga:pelaku pencuri uang rp250 juta sudah membuntuti korban sebelum ke bank
"sayur-sayuran dan buah-buahan itu kembali dibagikan pada masyarakat, tetapi harus rebut-rebutan. kita menargetkan 'umbung sadeui' jadi event tahunan, sehingga dapat menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke desa wisata batu ampar," papar herwan.
dibagian lain, pemerhati budaya rejang, emong suandi mengemukakan, 'umbung sadeui' ini termasuk pagelaran adat, yang didalamnya merupakan adat rejang.
"tentu kegiatan ini sangat baik, dan harus terus diberikan dukungan. apalagi dalam implementasinya bukan sebatas melestarikan kebudayaan dan adat-istiadat saja, tetapi juga dapat menjadi daya tarik wisata," singkat emong. (**)