GUNUNG YANG TAK BERPUNCAK

Ilustrasi-Walidha Tanjung Fileski-

Keris ini dikenal karena bilahnya yang berkelok-kelok indah menyerupai tubuh naga. Pamornya berkilauan seperti berlian, diyakini memancarkan cahaya terang saat digunakan dalam situasi genting.

Konon katanya naga yang terpahat pada keris ini adalah pelindung spiritual desa ini, mampu memanggil hujan saat kekeringan dan mengusir roh jahat.

Pusaka yang kedua bernama Keris Surya Swarnata, yang artinya Keris Matahari Emas, memiliki gagang dan sarung yang terbuat dari emas murni, berkilauan seperti matahari terbit.

Bilahnya lurus dan ramping, dengan pamor bermotif api yang menyala-nyala. Keris ini diyakini membawa keberuntungan dan kemakmuran bagi penggunanya.

BACA JUGA:Udah Tau Belom, Kalo Shopee Bisa Minjem Duit Sampe 50 Juta. Caranya Super Simpel

BACA JUGA:Sudah Dipercayai Sejak Dulu, Ternyata Sambiloto Mengandung Banyak Manfaat Bagi Kesehatan Tubuh

Konon katanya para leluhur di zaman dahulu kala menggunakan keris ini untuk membuka ladang pertanian yang subur dan menarik rezeki yang melimpah.

Seseorang yang membawa keris ini, dipercaya mempunyai wibawa yang membuatnya disegani dan mampu mengerahkan masyarakat untuk bergotong royong. 

Pusaka yang ketiga bernama Keris Meghadwaja, yang artinya Keris Guruh Perunggu. Keris ini memiliki bilah bergelombang seperti lidah petir, dan pamornya bermotif awan mendung.

Gagang dan sarungnya terbuat dari perunggu antik yang kuat dan kokoh. Keris ini melambangkan kekuatan dan keadilan. Konon, keris ini berdengung seperti guntur ketika digunakan untuk membela keadilan dan melawan penindasan.

BACA JUGA: Kemenag Mukomuko Jemput Koper Jemaah Haji 2024 di Bengkulu

BACA JUGA:Lakmud IPNU dan IPPNU, Ciptakan Generasi Muda Yang Kuat

Leluhur dari Ki Lurah mewariskan ketiga keris pusaka itu kepada keturunannya, dengan harapan siapa yang memegangnya bisa menggunakannya dengan bijaksana, untuk menjaga keharmonisan dan kemakmuran desa ini.

Legenda tentang ketiga keris pusaka ini terus diwariskan dari generasi ke generasi, menjadi pengingat akan pentingnya kekuatan, keadilan, dan kemakmuran.

Suatu hari Ki Lurah kedatangan tamu, seorang yang juga sakti, ia adalah teman seperguruan ketika masa mudanya belajar ilmu kanuragan, ia bernama Ki Pamungkas.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan