Mengenal Tradisi Menjaga Bumi dari Berbagai Penjuru Nusantara
Rangkaian dalam tradisi Ngertakeun Bumi Lamba -Shutterstock/dani daniar-
Menurut kepercayaan, tradisi Jatiluwih dilakukan sebagai bentuk ucapan syukur atas ketersediaan pangan di Bumi, terutama persedian padi.
BACA JUGA: Sabtu Ini Deadline Perpanjangan Pendaftaran PPS Pilkada 2024
BACA JUGA:Juara Umum MTQ Ke VI Tingkat Kabupaten Direbut Kecamatan Ipuh
Ngertakeun Bumi Lamba
Selain mengucap syukur atas persediaan pangan dan hasil panen, di Jawa Barat juga memiliki tradisi menjaga bumi yang masih dilakukan hingga saat ini.
Tradisi tersebut dikenal sebagai tradisi Ngertakeun Bumi Lamba, atau upacara menjalankan pesan kasepuhan dengan menitipkan tiga gunung sebagai paku alam (diperlakukan sebagai tempat suci).
Ketiga gunung tersebut adalah Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Wayang, dan Gunung Gede.
Konon, tradisi Ngertakeun Bumi Lamba merupakan manifestasi hubungan harmonis antara manusia dengan alam dan sang pencipta.
BACA JUGA:Tingkatkan Kompetensi, PPSDM Migas Gelar Pelatihan Gratis
BACA JUGA:ICA Chef Expo 2024, Promosikan Kuliner Nusantara Mengandung B2SA
Hal ini senada dengan filosofi hidup masyarakat Sunda, Mulasara Buana atau memelihara alam semesta, sekaligus menjaga keseimbangan alam dari berbagai perilaku yang cenderung mengeksploitasi alam secara berlebihan.
Paca Goya
Tradisi menjaga dan berterima kasih kepada bumi yang tidak kalah menarik adalah tradisi Paca Goya yang dilakukan masyarakat Kampung Kalaodi, Tidore.
Dalam bahasa Tidore, Paca Goya diartikan sebagai tempat membersihkan keramat.
Tradisi ini sudah dilakukan secara turun-temurun sebagai bentuk syukur kepada Yang Maha Kuasa atas hasil panen yang melimpah.