Masuk Musim Peralihan, Waspada Bencana Cuaca

Foto udara kawasan industri yang terdampak angin puting beliung di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Kamis (22/2/2024). ANTARA FOTO / Raisan Al Farisi--

Gelombang ini berpengaruh pada pergerakan massa udara dan distribusi kelembaban di atmosfer, sehingga memicu kondisi yang mendukung pembentukan awan hujan di wilayah tersebut.

Sebagai hasilnya, cuaca di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur dapat menjadi lebih basah atau berawan karena dampak dari gelombang ekuator Rossby dan Kelvin yang aktif.

Pola belokan dan pertemuan angin

Arah dan aliran angin yang memanjang di wilayah Indonesia bagian Tengah dan Selatan, termasuk Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, merupakan hasil dari penguatan angin Monsun Asia.

BACA JUGA:Wajib Dibawa Ketika Berkendara! Apakah Fungsi STNK? Simak Penjelasannya...

BACA JUGA: Wujudkan 9 Kecerdasan Anak, Pelindo Perkuat Sektor Pendidikan

Fenomena ini terjadi ketika aliran udara dari Monsun Asia bertemu dengan medan topografi dan pola arus udara lokal di wilayah tersebut.

Akibatnya, terbentuklah pola angin yang berbelok dan bertemu, menciptakan kondisi cuaca yang khas di wilayah Indonesia bagian tersebut.

Pola ini dapat berdampak pada pembentukan awan dan distribusi hujan di area tersebut, mempengaruhi iklim dan cuaca secara keseluruhan.

 

Program Mitigasi BMKG

BACA JUGA: Pasarkan Potensi Wisata, Dewi Coryati: Harus Miliki 'Public Speaking' yang Baik

BACA JUGA: Soal HGU dan Hasil Ukur BPN, Kebun Kas Desa Karya Pelita di Luar HGU. Kades Ungkap Fakta Ini...

BMKG mengambil sejumlah langkah antisipatif dan mitigasi terhadap kejadian cuaca ekstrem yang terjadi.

Salah satunya antara lain menempatkan sejumlah unit mobile weather radar, misalnya di Stasiun Meteorologi Kertajati sejak 31 Januari 2024.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan